Four

1K 106 3
                                    

Telunjuk Jimin menusuk-nusuk punggung seseorang yang duduk di depan mejanya. Membuat orang tersebut yang tak lain ialah Jungkook menolehkan kepalanya ke belakang dengan air muka yang nampak bertanya-tanya ke arah Jimin.

Tumben sekali laki-laki dibelakang memanggil dirinya, pikirnya. Karena Jimin itu seolah tak tersentuh. Ia tak akan pernah memulai pembicaraan jika bukan orang lain yang memulainya. Ya! menurut Jungkook, Jimin memang se-aneh itu. Apakah itu karena dirinya yang pintar sehingga merasa tidak membutuhkan orang lain? Atau memang sifatnya yang introvert hingga tak dapat memulai pembicaraan dengan orang lain? Jungkook tak tahu. Yang jelas, ia tak pernah berbicara banyak dengan Jimin.

"Kenapa?" Tanya Jungkook.

Jimin sempat ragu, ia ingin menjalankan tips dari ibunya untuk berpura-pura tidak mengerti tentang suatu pelajaran. Namun Jimin khawatir jika kepura-puraannya itu malah akan kentara jelas. Karena Jimin tak pandai berbohong. Ia mewarisi kejujuran ayahnya. Tapi ia harus melakukannya demi kemenangan untuk hatinya.

"Itu, ehm kau mengerti tentang ini tidak?" Tanya Jimin. Ia menunjuk sederet soal di bukunya. Lebih tepatnya pada nomor 15 dimana terpampang jelas soal matematika tentang integral disana.

Wajah Jungkook semakin bingung. Seorang juara kelas seperti Jimin tak mengerti persoalan tentang integral adalah sebuah keanehan yang luar biasa. Namun, ia tak ingin berfikir buruk. Mungkin Jimin memang sedang tidak bisa berpikir saat ini. Jadi ia pun memutuskan untuk melihat soal didalam buku yang telah terbuka di atas meja Jimin. Kemudian ia baca lah  soal tersebut di dalam hati.

"Oh, mengerti" ucapnya.

Jimin tersenyum. Namun sebisa mungkin ia tahan rasa gembiranya. Jangan sampai Jungkook tau. Atau ia akan berakhir malu.

"Apa kau bisa mengajariku? Aku tak paham soal ini" pinta Jimin.

Jungkook pun mengangguk, ia kemudian bangkit dari kursinya dan berjalan untuk berpindah ke kursi di sebelah Jimin. Jungwoo tidak ada, ia sedang bermain dengan temannya yang berada di kelas sebelah jadi Jungkook pun bisa menempati kursi tersebut.

"Pensil dan kertas?" Pinta Jungkook.

Jimin merobek selembar kertas dari buku bagian tengahnya dan mengeluarkan sebuah pensil 2b untuk diberikan kepada Jungkook.

Setelah mendapatkan apa yang ia mau, lantas Jungkook mulai mencorat-coret kertas tersebut untuk menemukan jawaban dari soal yang Jimin tanyakan. Ia terlihat sangat serius ketika mengerjakannya. Jimin jadi tak enak hati, padahal dia mengerti dan sudah menemukan jawaban dari soal tersebut. Namun ia malah bersikap seolah dirinya tak mengetahuinya.

"Nih, ketemu" Ucap Jungkook menggeser kertas hasil kerja nya ke hadapan Jimin.

Kemudian bergegas berdiri dari duduknya.

Loh, kenapa begini? Maksudku kan supaya dia menjelaskannya kepadaku? Kalau begini mah sia-sia saja

"Ehm, Jungkook? Bisa tidak kalau kau jelaskan padaku?" Ucap Jimin, menahan Jungkook yang hendak pergi.

"Jimin, kau kan pintar, analisis saja jawabanku ini ya? Aku ada urusan lain" tolak Jungkook. Ia kemudian pergi meninggalkan tempat tersebut.

Jimin hanya bisa menghela nafas berat. Rasanya sedikit sakit ketika Jungkook menolak permintaannya. Ia akhirnya termenung di mejanya. Memikirkan apakah keputusannya untuk mengejar Jungkook adalah benar, atau ia malah akan terjerumus kedalam sebuah lubang kekecewaan.

Pasalnya baru begini saja Jimin sudah sakit. Apalagi nanti? Jimin yakin, mengejar Jungkook pasti tidak akan mudah. Akan ada banyak jalan berliku yang harus ia lalui, ditambah jalanan tersebut tidaklah mulus. Pasti banyak lubang yang bisa menghambat perjalanan nya.

BINTANG || KOOKMIN [✓]Where stories live. Discover now