Bab 21: Misi dan Cerita Rahasia

9 2 1
                                    

🍜

Alea dan Derek berjalan menuju tempat pengumpul buku. Jalanan yang mereka tempuh cenderung sepi. Banyak pepohonan Oak dan cemara yang tertanam di pinggir jalan. Orang-orang yang berada di sekitar sini lebih santai dalam melakukan aktivitas. Bahkan banyak yang tidak memakai jubah.

"Ini tempat para orang yang memiliki otak tinggal. Tidak akan ada yang mencari masalah dengan siapapun di sini. Kenalanku adalah pak tua yang menjual buku di ujung jalan sana," jelas Derek.

"Kasar sekali, bahkan hewan dan monster pun punya otak, Derek," jawab Alea sambil tertawa kecil.

Lelaki emo itu tidak menjawab, ia hanya memasang wajah masam. Derek sudah merasakan kerasnya tinggal di negeri ini. Di dalam lingkup kota, orang-orang berkelahi dengan memasang aturan tertentu karena tidak ingin dibubarkan oleh prajurit kerajaan. Tapi, ketika berada di gua atau hutan, mereka bisa berkelahi tanpa ampun. Mereka melanggar aturan yang sudah dibuat sendiri. Memasang tantangan untuk pergi ke hutan sendirian dan berakhir dimakan monster atau binatang buas, banyak sekali kasus seperti itu. Di sepanjang jalan terdapat mayat. Dan kebanyakan dari mereka merupakan petualang luar yang baru datang.
Sebagai orang dari dunia lain yang datang tiba-tiba di tengah bar, tentu saja Derek dipuja-puja. Pemilik 'Sihir Agung' seperti Derek diinginkan oleh kelompok manapun. Tapi, Derek menyeleksi sendiri kelompok mana yang ingin ia masuki. Dan seperti itulah bagaimana terbentuknya kelompok Hydra.

Derek memperbaiki posisi tangannya yang tengah membawa tumpukkan buku. Mereka berdua membawa buku yang cukup banyak. Derek melirik ke telapak tangan Alea yang memerah karena membawa beban yang berat.

"Bagaimana kalau kita letakkan saja buku-buku ini di sihir dimensi kecilku? Pundakku mulai mati rasa."

"Oh! Maaf. Baiklah, jika kau mengizinkannya."

Derek memberi isyarat pada bayangannya sendiri untuk membuka pintu ke dimensi kecilnya. Perlahan bayangan di bawah kaki Derek memanjang ke depan, lalu membuka sebuah lubang. Di dalam lubang tersebut hanya terlihat awan hitam, serta benda-benda milik Derek yang melayang di ruang hampa. Alea yang mengintip dimensi lain itu memundurkan langkahnya dengan cepat sebagai respons rasa takut.

"Oi, Wanita. Ada apa denganmu?"

"Tidak ... tidak ada apa-apa."

Derek mengangkat sebelah alisnya, "aneh. Ayo masukan buku yang kau pegang ke situ."

Tanpa menjawab, Alea menurunkan badannya hingga berlutut. Ia memperlakukan buku-buku itu dengan baik. Satu per satu ia jatuhkan. Namun, tidak ada suara benda terbentur yang terdengar, karena semua buku itu melayang.
Sebaliknya dengan Derek, lelaki itu langsung menghempaskan semua buku yang ia bawa begitu saja. Mulut Alea terbuka lebar melihat aksi temannya.

Kemudian, mereka kembali melanjutkan perjalanan. Keheningan yang terjadi membuat Alea merasa tidak nyaman. Oleh sebab itu, ia mulai menanyakan sesuatu yang cukup menjanggal.

"Apa sebenarnya tujuanmu datang ke kota ini, Tuan Derek?"

Urat leher Derek menegang. Bahkan Alea menggunakan kata 'tuan' untuk memanggilnya, bukankah itu berarti ia sedang menanyakan hal yang serius? Derek memberi jeda sebelum akhirnya menjawab.

"Tentu saja untuk menemui teman-temanku!" Derek menjawab dengan singkat.

"Bukan maksudku menyinggungmu, tapi aku merasa hal ini agak aneh. Padahal baru satu bulan lebih kau pergi ke Rasenfeld untuk mendapat kompensasi 'pindah dari dunia lain'. Kau bilang ingin fokus bermusik, bukan? Kenapa kau malah mengikuti kelompok Pangeran Kenric ke pulau ini? Bahkan nanti kau harus kembali sendiri ke Rasenfeld."

Derek yang sejak tadi melambatkan langkah pun berhenti.

"Ya ampun, tidak diragukan lagi ... kau memang wanita yang cerdas."

Taste of Noodle Where stories live. Discover now