Bab 23: Jamuan

27 11 14
                                    

🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜

Hari Minggu pukul lima sore. Rui dan Alea sudah siap untuk pergi memenuhi undangan dari Pangeran Kenric.

"Gerbang utama Ibukota ada di sebelah barat. Berarti, kalau kita hendak ke istana ... kita harus berjalan ke arah timur." Alea berpikir sambil menyentuh dagunya.

"Hah, yang benar kita akan berjalan? Ibu kota ini luasnya hampir sebesar Hutan Besar loh."

"Untuk sekarang kita berjalan dulu ke dekat balai kota. Siapa tahu ada kereta kuda yang bisa kita sewa."

"Benar juga. Ayo." Rui berjalan duluan.

Jalan tempat ruko mereka berada terlalu sempit untuk lalu lintas kereta kuda. Maka dari itu, mereka harus berjalan ke arah balai kota terlebih dahulu untuk mencari transportasi.

Mereka bedua berdiri di dekat air mancur. Rui melihat ke arah sekitar untuk mencari kereta kuda yang sedang parkir. Tiba-tiba seseorang datang memanggil medeka berdua.

"Yo! Pedagang mi. Mau kemana kalian memakai pakaian rapi begini. Apa mau berkencan? Haha." orang yang memanggil mereka adalah Ash. Lelaki berbadan besar itu membawa beberapa sak karung di bahunya.

"Hai, Ash. Kami sedang mencari kereta kuda untuk membawa kami ke suatu tempat." jawab Alea.

"Ohh.. Kereta kuda. Kalian tidak akan menemukannya di sini. Kalian harus pergi ke jalan yang ada di sebelah kanan balai kota." Ash menunjuk jalan yang dimaksud.

"Begitu, ya. Terimakasih atas bantuannya, Ash. Kami pergi dahulu." Alea menyeret tangan Rui. Lelaki itu terdiam dari tadi.

"Uhh ya, sampai jumpa Ash!" Rui melambaikan tangan.

"Yo. Hati-hati di jalan!"

Benar saja, di jalan tersebut terdapat puluhan kereta kuda yang berjajar. Bukan hanya kuda, ada juga naga darat yang digunakan untuk menarik kereta. Rui sudah pernah menaiki kereta yang ditarik oleh kuda di dunia asalnya, karena itu ia tertarik untuk menaiki kereta naga.

Mereka berdua menghampiri salah satu kereta. Sang kusir pun menyambut dan menanyai tempat tujuan mereka. Ia terkejut mengetahui tujuan mereka adalah Istana Kerajaan. Kusir yang mengenakan baret hitam itu pun memperlakukan Rui dan Alea lebih hormat lagi.

Sang kusir membukakan pintu. Berbeda dengan kereta barang milik tuan Enfurg, kereta ini sepenuhnya tertutup. Warna merah dan bentuknya yang sedikit bulat pada kereta ini memberi kesan yang mewah. Rui membuka mulutnya dengan lebar ketika memasuki kereta.

Kemudian, lelaki itu mengulurkan tangan untuk membantu Alea masuk. Dress panjang yang dikenakan gadis itu cukup merepotkan.

"Jadi, kereta naga hanya perlu satu ekor. Sedangkan kereta kuda butuh dua ekor untuk menariknya." ucap Rui sambil mengintip keluar jendela.

"Hmm. Naga darat memiliki tubuh dan kekuatan yang lebih besar daripada kuda. Ya, harga dan biaya perawatannya juga pasti lebih mahal. Menurut buku yang ku baca, mereka butuh 5-9 kg makanan per hari."

"Barusan.. kau menebak isi kepalaku, ya? Aku sedang berpikir untuk membeli naga darat untuk menarik kereta barang kita nanti."

"Hehe. Mudah ditebak dari wajahmu. Kau terlihat seperti ingin menerkam naga-naga yang terparkir tadi."

"Daripada menerkam naga, lebih baik aku menerkammu saja! Rawwwr!" Rui menirukan gaya serigala yang sedang ingin menerkam mangsanya. Mata amber miliknya membuatnya semakin mirip dengan serigala.

Alea menertawai wajah kesal Rui. Baik Alea maupun Peter, mereka berdua sangat suka mengusili Rui. Lelaki berambut hitam itu menghembuskan napas panjang dan akhirnya tersenyum melihat tawa menyebalkan sang gadis.

Taste of Noodle Where stories live. Discover now