Bab 28: Salju Panas

29 9 26
                                    

🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜

Musim dingin telah tiba. Salju menyelimuti seluruh dataran. Kebutuhan akan kayu bakar dan makanan panas semakin meningkat. Seluruh penduduk kota berusaha menghangatkan diri. Tentu saja Rui dan pemilik elemen api lainnya tidak ambil pusing soal ini. Bahkan jika badai salju menerpa, mereka tidak akan merasakan dingin!

Hari ulang tahun Alea berada di tanggal 27 bulan 12, bertepatan dengan hari senin. Pagi hari sekali, Grimm datang ke ruko dan mengajak Alea pergi.

"Alea, temani aku berkeliling ibukota!" Grimm berdiri di depan pintu sambil menggigil.

"Duh, kenapa kakak tidak memintanya kemarin saat libur? Hari ini kan aku harus membantu Rui."

"Tidak apa-apa, Alea. Pergilah temani kakakmu. Hari ini Peter akan berkunjung, aku akan memintanya membantuku." Rui memberikan mantel pada Alea.

Sesaat setelah dua elf bersaudara itu meninggalkan ruko, Peter dan Carla masuk ke dalam. Mereka berdua datang bersama Grimm dan bersembunyi di gang sebelah. Mereka bertiga meminta izin pada tuan Barayev untuk meninggalkan istana hanya untuk hari ini saja. Dengan seribu nasihat dan pantangan yang tuan Barayev berikan, akhirnya mereka bertiga diizinkan pergi.

"Hal yang pertama kita lakukan adalah, memasang tanda tutup di depan pintu!"

Rui berseru sambil bergegas keluar. Setelahnya ia kembali masuk dan duduk di salah satu kursi. Ia memaparkan rencananya untuk membuat pesta kejutan untuk ulang tahun Alea. Rui mengusulkan untuk memulai dari menata meja, lalu membuat kue.

"Kau seorang anak dari pemilik toko kue, tapi kau tidak tahu cara membuatnya? Ya ampun." Peter menggelengkan kepalanya.

"Y-ya, Aku hanya belajar memasak, aku tidak pernah berpikir untuk belajar membuat kue. Kalau donat atau roti sih, aku masih bisa."

"Tenang saja, kak. Aku bisa membuat kue tart. Aku pernah mempelajarinya untuk tugas kewirausahaan di sekolah."

Carla mengangkat tangannya. Setelah penolakan secara tidak langsung yang ia alami, gadis itu dan Rui tetap bertingkah seperti biasa. Kebanyakan orang mungkin akan merasa canggung setelah ditolak atau menolak, namun tidak untuk mereka berdua. Meski sesekali, Rui melirik ke arah gadis itu dengan sinis.

"Baiklah, aku akan membeli bahan-bahannya dulu. Apa saja yang diperlukan, Carla?" Rui mengeluarkan buku catatan kecil dari rompinya.

🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜

Grimm dan Alea berjalan ke arah utara. Dalam rencana yang telah disusun Rui, Grimm harus mengajak Alea berjalan-jalan hingga pukul dua siang. Setelah itu, ia harus segera membawanya pulang.

Di cuaca dingin seperti ini, hanya sedikit orang yang beraktivitas di luar ruangan. Para pedagang yang biasa menjajakan dagangan di luar pun memasukan dagangannya ke dalam toko. Salju yang menutupi jalan tidak terlalu tebal, mungkin warga sekitar sudah membersihkannya dengan sekop. Karena itu Grimm dan Alea bisa berjalan dengan mudah.

"Kakak aneh, mengajak berjalan-jalan di tengah hujan salju begini."

"Oh, apa kau kedinginan?" Grimm menyentuh pipi adiknya.

"Tidak, tidak bukan begitu. Malahan wajah kakak yang terlihat sangat pucat."

"Haha! Benarkah? Memang dingin sih. Bagaimana kalau kita beli sesuatu yang hangat?"

"Ayo kak, aku dan Rui sering melewati jalan ini. Ada sebuah kedai di dekat sini."

Jalan yang mereka lalui adalah rute yang biasa digunakan Rui dan Alea untuk pergi ke lapang latihan. Gadis itu sudah hapal jalan ini. Ia dan kakaknya menghabiskan pagi hari di sebuah kedai untuk sarapan dan mengobrol. Mereka memesan sup krim kacang dan susu hangat.

Taste of Noodle Where stories live. Discover now