Bab 12: Aku Mendengarmu

18 4 18
                                    

🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜

Terik matahari sore menyinari sebuah tebing di Kota Montagna. Rui dan Carla berdiri berhadapan. Carla menundukkan kepala untuk menyembunyikan kesedihan. Rasa sedih karena ia tahu hari ini ia akan ditolak.

"Sebenarnya ... selama ini, aku ... "

"Iya?" Rui bertanya dengan datar. Ia tahu apa yang sebenarnya gadis ini ingin katakan.

"Aku menyukaimu kak Rui!"

Tanpa drama, tanpa terbata-bata, gadis itu menyatakan perasaanya dengan lantang. Saking lantangnya, Peter yang ada di kejauhan bisa mendengar suara gadis itu.

"Begitu ya. Apa yang kau sukai dariku?"

Di luar dugaan, Carla tidak berpikir Rui akan bertanya seperti itu. Ia pikir lelaki itu akan langsung menolaknya dengan berkata 'saat ini ada gadis yang kusuka'.

"Ah ... aku menyukai kebaikan kak Rui. Kakak sudah memberiku semangat untuk hidup di dunia baru ini. Kakak juga selalu tersenyum lembut padaku ketika kita sering berpapasan dulu."

Kenapa kebaikan selalu membuahkan kesalahpahaman? Cahaya di mata Rui menghilang. Perasaan kesal dan jijik menyelimutinya. Perasaan itu bukan disebabkan oleh pernyataan Carla. Tapi, dari hal lain yang sedang membelenggu hatinya.

"Kalau begitu maaf. Kau akan kecewa padaku. Kau hanya tahu sisiku yang ini, kan? Sebenarnya, aku--"

Rui melanjutkan kalimat berikutnya dengan berbisik di telinga Carla. Untuk sesaat jantung gadis itu berbedar.

"--aku pernah membunuh seseorang."

Namun kemudian Carla membuka lebar matanya karena terkejut. Carla terus menyangkal apa yang baru saja lelaki pujaannya itu katakan. Tidak mungkin jika Rui Archwood yang ia sukai melakukan hal sekeji itu.

"Aku bukan orang yang baik. Jadi, maaf." Rui membalikkan badan dan pergi menjauh.

Meski begitu, Carla berteriak--

"Kakak bohong kan? Katakan saja kak! Jika ada orang yang kau sukai! Kenapa kau menolakku dengan merendahkan dirimu sendiri?"

Rui tidak menjawab dan pergi ke balik bebatuan.

"Aku akan menunjukkan banyak keberhasilan pada kak Rui. Aku akan menghapuskan seluruh kutukan Leerlauf dan setelah itu aku akan menyatakan perasaanku lagi, kak!"

Rui menengok ke arah gadis itu. Kalimat Carla tidak sepenuhnya salah. Setiap malam, ada satu gadis yang masih menghantui pikiran Rui. Gadis itu tidak ada di dunia ini, ia tinggal di dunia yang sudah Rui tinggalkan.

Seorang gadis berambut hitam panjang dan mata sebiru langit---Katherine Wen.

🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜

Rui terbangun di dalam kereta miliknya. Kepalanya sedikit pusing, namun hidungnya sudah tidak terasa sakit. Seseorang pasti sudah menyembuhkannya. Dari tempat tidur, Rui melihat ke samping kiri. Seorang gadis cantik duduk sembari membaca buku. Rambutnya sedikit berantakan.

"S-siapa di sana?"

"Wah, Rui, kau sudah bangun?"

"Huh?"

"Oh iya ... isi kepalamu selalu acak-acakan saat bangun tidur."

Alea mendekatkan wajahnya ke wajah Rui hingga hidung mereka hampir bersentuhan! Bagai sebuah saklar yang ditekan, pikiran Rui kembali terhubung. Ia mengingat hal yang terjadi. Alea pun memundurkan wajahnya dan kembali membaca buku.

"Ah, Alea. Apa sekarang sudah malam?" Rui bangkit untuk duduk.

"Belum, ini masih sore. Aku akan membuatkan teh untuk kita berempat. Tadi, Willy membelikan biskuit Scone karena kita tidak sempat membelinya."

Taste of Noodle Where stories live. Discover now