Bab 8: Dari dalam Air

19 3 18
                                    

🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜

Hari keempat Rui dan Alea berdagang di Kota Danau Cascaria. Ricky masih membantu mereka berdagang. Tinggal tersisa tiga hari sebelum kelompok Rui pergi ke tempat selanjutnya, pelabuhan.

Siang ini tidak seramai hari-hari sebelumnya. Mungkin, karena beberapa pedagang keliling sudah pergi meninggalkan kota.

"Hai nona, aku mau beli dua buah es lagi!"

"Baiklah, silahkan tuan."

Sudah ketiga kalinya lelaki itu membeli es buah Rui. Padahal cuaca tidak begitu panas. Dari gelagatnya, ia hanya ingin berinteraksi dengan sang gadis penjaga kulkas---Alea. Meski menyebalkan, Rui yang melihat hal itu hanya bisa menggerutu dari jauh. Pelanggan tetaplah pelanggan meski kelakukannya aneh-aneh. Jika mereka punya uang, maka mereka harus dilayani!

Mayoritas pelanggan kedai Rui bukanlah para wisatawan, melainkan para pekerja pria. Mereka berdatangan ketika sarapan dan di jam makan siang. Mereka terdiri dari para pemuda di bawah 30 tahun-an. Selain makan, mereka juga berniat mencuci mata dengan melihat Alea, sang gadis pelayan Elf!

"Err ... aku membawa Alea bersamaku dari hutan memang untuk menjadikannya pelayan. Tapi kenapa rasanya menyebalkan begini?!"

Rui bergumam sambil membalikkan telur mata sapi untuk pesanan mi goreng. Para pelanggan lebih menyukai mi kuah, tapi tidak sedikit pula yang memesan mi goreng. Rui membuat sendiri resep bumbunya. Ia membuatnya dengan mengingat-ingat komposisi mi instan yang selama ini ia makan.

Dengan mencampurkan, garam, lada bubuk, minyak goreng, kecap, saus cabai, bawang yang dihaluskan serta kaldu daging, didapatlah resep bumbu mi goreng. Meski namanya goreng, tentu saja mi tersebut harus direbus lebih dahulu.

Setelah selesai membuat pesanan, Rui memanggil Ricky untuk membawakannya pada meja pelanggan. Awalnya, Rui sering salah menyebut nama Ricky.

"Umm, tuan Ulri--- ah maksudku, Ricky tolong antarkan pesanan."

Rui terlalu segan memanggilnya, meski status Pangeran Ulrich sekarang hanyalah pengembara biasa.

"Uhum, nona ...."

Lelaki yang terus-menerus membeli es buah datang lagi.

"Ya ampun, orang itu! Sudah berapa kali ia datang...?!"

Rui menyeringai sambil meremas pisau daging. Ricky menertawai tingkah bos sementaranya itu dari luar.

"Ha haha! Jangan marah-marah seperti itu Rui. Kau akan menakuti pelanggan."

"Ugh, maaf. Lebih baik aku mendinginkan kepalaku dulu di danau."

"Baik, bos! Jangan berlama-lama, ha ha!"

Sebelum turun dari kereta, Rui membuka sepatu dan melinting celananya terlebih dahulu. Melihat Rui berjalan menuju danau, Alea mengikutinya. Gadis itu pikir Rui akan berenang di tengah-tengah kerja, karena itu ia hendak mencegahnya. Alea berjalan diam-diam supaya Rui tidak menyadari kehadirannya.

Tepat di pinggir danau, Rui berlutut dan memasukan wajahnya ke permukaan air. Ia berusaha menghilangkan semua perasaan negatif dengan dinginnya air. Beberapa saat kemudian, Rui mengangkat wajahnya. Poni rambut hitam menghalangi kedua matanya. Menarik poni rambutnya ke belakang, lelaki itu bangkit dan berbalik---

"Woah!"

Rui terkejut Alea tiba-tiba ada di belakangnya. Lelaki berbaju biru itu sampai terpeleset dan masuk ke danau. Di dalam air, Rui sempat kesulitan menyeimbangkan diri untuk berenang. Ia harus menginjak permukaan danau untuk mendorongnya naik ke permukaan. Alea khawatir karena temannya tidak kunjung naik ke atas.

Taste of Noodle Onde histórias criam vida. Descubra agora