Bab 18: Selamat Datang

49 12 20
                                    

🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜

Pukul enam pagi. Meja dan kursi sudah tertata rapi. Dua meja di dalam ruangan dan satu meja di luar beserta empat buah kursi di masing-masing meja.

Satu setengah lusin mangkuk yang baru saja di cuci tersimpan di atas meja dagang. Harum kaldu ayam yang sedang dipanaskan tersebar ke seluruh ruangan. Satu per satu bahan di letakkan di atas etalase kayu.

Sang pemilik kedai mi melinting lengan bajunya hingga ke siku. Rambut hitam yang biasa menutupi dahinya kali ini ia tata ke belakang. Celemek putih pun terpasang di tubuhnya. Sarung pedang yang selalu ia bawa-bawa pun tidak ia kenakan hari ini.

Lelaki itu keluar dari dalam ruko dan membuka jendela kayu yang berada di sebelah pintu. Kemudian ia memasang papan kayu berisi menu di atas dinding krim ruko. Ia kembali masuk ke dalam dan disambut oleh senyum hangat sang gadis.

"Kau sudah siap, Rui?"

Alea juga terlihat berbeda hari ini. Rambut pirangnya yang biasa terurai kini ia ikat ponytail. Celemek putih yang serupa dengan Rui pun terpasang di tubuhnya.

"Ah.. Aku sedikit gugup. Dan perutku terasa mulas sekarang."

"Dasar kau ini. Tak perlu khawatir, Rui. Aku akan membantumu."

"Terimakasih." Rui tersenyum sambil mengigit bibir bawahnya.

Untuk menghilangkan rasa gugup, Rui melangkah keluar untuk menghirup udara segar. Saat menoleh ke kanan ia terkejut karena mendapati seorang pria berbadan kekar berdiri sambil memandangi daftar menu.

"Oh! Hai selamat pagi, Tuan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Oh! Hai selamat pagi, Tuan." pria itu menoleh balik ke arah Rui.

"Ah iya, selamat pagi, Tuan."

"Aku mendengar rumor ada kedai mi baru yang dibuka di sekitar jalan ini. Ah dan aku langsung menemukannya!"

"Hehe, iya Tuan. Kami barusan saja buka."

"Berarti aku adalah pelanggan pertama? Hahaha sebuah kehormatan untukku!" Meski terlihat masih muda, pria itu memiliki kesan seperti seorang Ayah. Suaranya berat namun hangat.

"Benar sekali, Tuan. Saya akan membuatkan pesanan anda."

"Tidak perlu formal begitu. Umur kita sepertinya tidak begitu jauh. Panggil saja aku Ash, ingatlah namaku sebagai pelanggan pertamamu, hahaha!"

"Hehe baiklah, Ash. Namaku Rui Archwood."

"Kalau begitu, aku memesan porsi besar dengan ekstra daging."

Rui mempersilahkan Ash duduk. Ash memilih duduk di meja luar supaya bisa menikmati udara segar. Dengan sigap Rui menyiapkan pesanan Ash. Lelaki berambut hitam itu sudah sering membuat mi untuk teman-temannya. Maka dari itu, tangannya sudah lihai.

Kali ini tugas pertama Alea untuk menyajikan pesanan pada pelanggan.

"Silahkan, Tuan."

"Woah ada seorang gadis Elf cantik rupanya. Terimakasih nona. Ah namaku Ash. Siapa namamu?"

Taste of Noodle Where stories live. Discover now