Bab 2: Aksi Pertama

115 35 36
                                    

🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜

Setelah berkenalan, Rui dan Alea pergi menuju desa Elf. Rui memikirkan banyak hal setelah percakapan sebelumnya. Ksatria, ahli sihir, ibukota, ia ingin tahu tentang itu semua. Rui berpikir akan jadi apa nantinya ia di dunia yang tidak dikenalnya ini.

Situasi saat ini cukup canggung. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Tempat tujuan mereka pun masih jauh. Rui berusaha mengikuti langkah Alea yang sangat cepat.

"Alea.."

"Ada apa?"

"Aku memikirkan ini dari tadi, sebenarnya buah apa yang kau petik? Memangnya, buah apa yang tumbuh di pohon setinggi itu?"

Rui mengamati keranjang buah yang dibawa Alea. Buah itu terlihat seperti ceri, tapi ceri tidak mungkin tumbuh di atas pohon setinggi 10 meter. Alea mengambil satu buah yang mirip ceri itu dan melemparnya pada Rui. Rui menangkap dan memakannya tanpa pikir panjang.

"Hmm.. Buah ini manis."

"Nama buah ini adalah Qershi. Buah ini begitu manis. Anak-anak di desa menyukainya. Jadi aku memetiknya untuk mereka."

"Wah gadis pirang ini baik hati sekali, rela memetik buah di tempat yang jauh dari desa lalu jatuh dari pohon dan mendarat di atas orang malang sepertiku."

Rui berbicara dengan nada datar sambil memegangi pinggangnya. Wajah Alea memerah karena malu. Ia memalingkan wajahnya sambil terus melangkah ke depan.

"Rui, tolong jangan bahas soal kejadian tadi di desa nanti. Kakakku pasti akan menertawaiku."

"Eh, kau punya kakak? Seperti apa ya dia."

"Dia adalah seorang lelaki yang tangguh. Dia sangaaat tampan dan lebih keren darimu tentunya."

"Kenapa aku merasa direndahkan ya."

"Hehe, dia adalah salah satu pejuang yang melindungi desa dan mengawasi hutan ini. Tapi karena hal itu, dia jarang sekali berada di rumah."

"Ntah kenapa aku mengerti kenapa kakakmu jarang di rumah. Adiknya saja semenyebalkan ini."

"Hah? Apa kau bilang?!" Alea menatap tajam Rui.

"Tidak, tidak! Sebenarnya aku punya adik perempuan. Yah jadi, aku merasa bisa mengerti perasaan kakakmu."

"Hmm benarkah? Kalau kau bisa mengerti perasaan kakakku, mungkin kau juga bisa mengerti tentangku."

Setelah kalimat itu, suasana kembali hening seolah-olah percakapan tadi tidak pernah terjadi. Beberapa saat kemudian Rui baru tersadar.

"Eh gadis pirang ini tadi bilang apa? Rasanya ada yang mengganjal. Rasanya dia mengucapkan kalimat aneh. Ah sudahlah.."

🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜

Hutan ini memberikan perasaan yang cukup aneh untuk Rui. Sejak tadi dia tidak bertemu dengan binatang apapun. Rui hanya berpikir, mungkin binatang-binatang tersebut sedang tidur siang atau berada di tempat lain.

"Hmm kenapa ya- HEI AWAS!"

Sebelum menyelesaikan kalimatnya, muncul seekor babi hutan yang berlari ke arah mereka. Rui berhasil menarik Alea. Mereka terjatuh ke dalam semak-semak.

"Ah tidak! Buah Qershi nya terjatuh di sana."

"Ya ampun, kau masih memikirkan buah itu? Lihat ada babi hutan yang hampir menubruk kita."

Rui menggelengkan kepalanya.

"Tapi aku sudah bersusah payah memetiknya."

"Ah, baiklah. Ayo kita ambil keranjang buah itu. Kita harus berhati-hati agar tidak ketahuan oleh babi kampret itu."

Taste of Noodle Where stories live. Discover now