Bab 9: Berisik!

10 5 14
                                    

🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜

Sehari setelah kemunculan Musbhel, kawasan wisata daerah timur danau di Kota Cascaria pun ditutup. Pemerintah setempat melakukan investigasi terkait rumor munculnya sebuah gua di dalam danau yang terhubung ke laut. Setelah ditelusuri, terdapat tambang emas dalam gua tersebut. Kemungkinan besar, terdapat pihak yang sengaja melubangi kawasan itu.

Para pedagang keliling terpaksa pergi meninggalkan Kota Cascaria karena penutupan lokasi paling strategis itu. Tak terkecuali Rui dan Alea, mereka juga harus pergi melanjutkan perjalanan.

"Apa kau yakin tidak ingin ikut kami menyebrang ke pulau Havenvis?" tanya Rui.

"Tidak, kalian pergi duluan saja. Aku ingin tahu tindakan berikutnya dari bangsawan dan pemerintah di sini. Ini akan menjadi laporan yang bagus untuk Ayahanda dan Kakanda!"

"Baiklah, semoga kau selalu beruntung."

Ricky menolak ajakan Rui untuk pergi bersama-sama ke pulau sebrang. Lagipula, pengembara solo seperti Ricky memang lebih menyukai bepergian sendiri.

"Terimakasih, tuan Ricky. Kau sudah membantu meringankan pekerjaan kami." Alea membungkuk hormat.

"Ya! Aku juga senang bisa bekerja denganmu dan bos Rui."

Setelah mengemas barang dan melakukan pengecekan terhadap kereta, kelompok Rui siap berangkat. Tiba-tiba, lelaki berambut hitam itu teringat sesuatu.

"Oh iya, Ricky, aku penasaran ... apa elemen sihir Pangeran Kenric?"

Sejak misi menghilangkan kutukan Leerlauf saat itu, Rui selalu menyimpan rasa penasaran. Ia tidak pernah melihat Pangeran Kenric menggunakan sihirnya. Hanya dengan pedang panjangnya, ia bisa memimpin para prajurit dan mengalahkan banyak monster.

"Oh! Kakandaku? Ia memiliki elemen bayangan."

"Ah ... begitu."

Jika Pangeran Kenric menggunakan sihir bayangannya, ia hanya akan mengganggu proses pembalikan kutukan!

🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜

Kelompok Rui kembali melintasi jembatan batu untuk keluar menyebrangi danau. Kali ini, mereka melewati jembatan yang terletak di selatan pulau. Kelompoknya tidak sendirian, ada banyak pedagang lain yang kelihatannya hendak menyebrang ke pulau Havenvis.

Rui dan Alea bersama duduk di kursi kemudi. Rui memerhatikan kereta pedagang lain yang beragam. Ada yang berbentuk seperti gubuk, tidak tertutup tenda, dua kereta bergandengan, dan lain sebagainya. Rui mengingat kembali struktur keretanya sendiri. Jika dipikir-pikir keretanya cukup mewah--

"Heee ... hehe."

Plaaak.

Sebuah buku mendarat di wajah Rui. Alea menampar pelan wajah lelaki yang duduk di sampingnya. Meski pelan, buku tersebut cukup tebal untuk membuat hidung mancung Rui memerah.

"Aw! Ada apa?!"

"Kau senyum-senyum sendiri ... kau sedang memikirkan hal yang aneh-aneh, ya?"

"Pikiranmu terlalu jauh!"

Alea tertawa kecil, ia sukses membuat kesal Rui. Tidak mau kalah, Rui merebut buku yang berada di tangan Alea. Lelaki itu mengangkatnya tinggi-tinggi supaya Alea tidak bisa menggapainya.

"H-hei, kembalikan! Bagaimana kalau terlempar?!"

"Ayo ambil dasar pendek."

"Apa? Pendek?! Bukannya tinggi kita hampir sama?"

Alea berhenti meraih bukunya. Ia menatap Rui dari atas hingga bawah. Gadis itu mulai menyadari jika tubuh teman lelakinya sedikit berubah. Rui sedikit lebih tinggi, bahunya juga melebar dan ya ... kumis tipisnya mulai tumbuh lagi.

Taste of Noodle Where stories live. Discover now