Bab 24: Rubah Putih dan Serigala Hitam

18 4 14
                                    

🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜

Tangan kiri Alea masih menarik-narik lengan kemeja pendek Rui. Alea terus berusaha memanggil temannya. Namun, lelaki itu menghiraukannya dan berjalan maju dengan percaya diri. Mata berwarna amber menyala dipadukan dengan seringai itu, membuat Rui terlihat seperti serigala yang hendak menerkam mangsanya.

"Pedagang ini sangat bersemangat, ya. Noe, layani lelaki itu!"

Bukan kelima lelaki itu, tetapi seorang gadis kecil dengan ras demi-human lah yang memulai aksi pertama. Gadis itu memiliki rambut pendek berwarna putih serta telinga hewan rubah di atasnya. Selain itu, terdapat juga ekor yang menjuntai di bagian belakang tubuhnya. Tubuhnya benar-benar indah dengan bulu berwarna putih bersih itu.

"Menyerang dengan anak kecil? Kau meremehkanku?! Ayo serang aku sekaligus, sialan!" Rui bertindak tidak seperti dirinya yang biasa.

Tanpa menggunakan sihir, Rui menangkis pukulan yang diberikan sang gadis kecil. Rui sedikit terkejut karena tenaga yang gadis itu miliki sangat kuat. Tangan yang ia gunakan untuk menangkis pun sampai membiru.

"Kau tidak sopan memukul yang lebih tua!"

Setelah mendapat momen yang tepat, Rui memajukan kaki kanan dan menghempaskannya ke arah tubuh sang gadis. Dengan lincah gadis rubah itu berpindah untuk menghindar.

"Bagaimana Tuan Archwood? Senjata baru kami sangat kuat kan?" Pemimpin penjarah kembali memprovokasi. Dirasa kurang menyenangkan, lelaki jangkung itu memerintahkan tiga anak buahnya untuk memasuki pertarungan. Tentu saja Alea tidak bisa tinggal diam melihat itu.

"Kau mau apa, Nona? Letakkan pedangmu atau pisauku akan menembus leher anak ini." Sebuah pisau yang digenggam satu orang lainnya kini tepat berada di depan leher Willy.

Lelaki itu hanya menggertak, pikir Alea. Gadis Elf itu hanya tersenyum--

"Gefroren." Alea merapalkan sihir pembentukan es dengan pelan.

"E-eh, apa yang kau lakukan wanita!"

Sebuah es muncul dari permukaan tanah dan tumbuh ke atas bagai sebuah pohon. Es itu menangkap lengan penjarah yang tengah memegang pisau. Tak hanya itu, Alea juga membekukan kedua kaki lawannya.

Melihat kesempatan itu, Willy memberontak dan berlari ke arah Alea.

"Cepat, kak! Bantu kapten!"

Melawan empat orang sekaligus. Rui bahkan tidak tahu elemen lain yang dimiliki lawannya--yang jelas, mereka semua memiliki elemen api. Kecuali gadis rubah ini, ia belum menunjukkan sihir apapun. Hanya dengan tangan kosong ia melawan Rui.

"Erashpate!"

Alea mengayunkan pedang ke arah dua orang lelaki yang baru saja hendak merapal sihir. Mereka memundurkan langkah untuk menghindari medan angin yang dibuat Alea.

"Gadis sialan! Ul Feuer!"

Salah seorang di antara lelaki itu merapalkan sihir api tingkat menengah ke arah Alea dan Willy. Untuk menghentikan serangan itu, Alea membangun tembok es yang besarnya menyamai sihir api tadi. Karena suhu di dalam gua saat ini begitu panas, tembok es itu mencair dan membanjiri gua. Sebagian api yang menyala karena amukan Willy tadi pun padam.

Kalaupun mereka memiliki elemen sihir lain, mereka tidak akan berani menggunakannya.

--Begitu pikir Alea. Mereka semua berada di dalam gua. Salah sedikit dalam memanfaatkan sihir, mereka semua akan tertimbun bebatuan.

Sudah dipastikan jika kelima lelaki ini pemilik elemen api. Alea berusaha mempersempit kemungkinan. Pemilik elemen cahaya dan bayangan sangat jarang. Pemilik elemen api pun tidak mungkin memiliki elemen air, kecuali mereka memiliki Blessing of Six Affinity seperti Carla. Kemungkinan yang tersisa--para penjarah ini memiliki elemen tanah atau angin.

Taste of Noodle Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon