Bab 20: Tawaran Bisnis

10 2 0
                                    

🍜

Sekitar jam delapan pagi, kelompok Rui dan rombongan Rasenfeld pun saling mengucapkan perpisahan. Pertemuan singkat ini sungguh menyenangkan. Carla yang murung tidak ingin menatap Rui. Ia sudah duduk di dalam kereta kerajaan. Grimm tidak berhenti berbicara dan memperingati Alea tentang bahaya kerajaan Skatolo.

"Baiklah, baiklah, Kakak cerewet," Alea memutar tubuh Grimm agar ia pergi.

"Semoga kau selalu beruntung, Tuan Archwood." Pangeran Kenric menjabat tangan Rui.

"Begitu juga dengan Paduka."
Peter tengah berjongkok dan membisikkan sesuatu pada Willy dan Noe. Sepertinya hal itu masih berkaitan dengan apa yang mereka obrolkan kemarin. Kedua anak itu tampak paham dan menyetujui sesuatu. Derek melihatnya dengan heran.

Setelah beberapa kalimat haru, mereka pun benar-benar berpisah. Kelompok Rui pergi ke arah timur laut, sedangkan rombongan kerajaan ke arah barat daya.

"Kapten! Apa tidak apa-apa lelaki berbahaya ini satu kereta bersama kita?" Willy menunjuk Derek yang ada di dalam kereta naga.

"Kau tidak boleh berbicara seperti itu, Willy. Kak Derek sudah menjadi teman seperjalanan kita," jelas Alea yang duduk bersama Rui di kursi kemudi.

"Gah! Berbahaya? Akan ku lahap kalian!" Derek berusaha menakut-nakuti kedua anak itu. Bukannya takut, mereka berdua malah memasang kuda-kuda untuk melawan balik.

"Hei! Jangan bertengkar. Lihat sisi baiknya, kita jadi punya pemandu wisata pribadi. Derek sudah tinggal cukup lama di Skatolo." Rui berusaha menengahi keributan.

"Wlee! Dengar itu bocah-bocah tengil!"

"Derek, bisakah kau bicara lebih lembut pada anak-anak?" Alea terdengar marah. Derek pun memilih diam dan mendengus.

Kelompok Rui hanya perlu mengikuti jalan di antara padang rumput ini. Dengan begitu, Derek tidak perlu duduk di kursi kemudi untuk menunjukkan jalan. Ia akan dibutuhkan saat sudah mencapai kota. Sebenarnya bukan hanya itu, Alea cukup khawatir jika Derek terlalu dekat dengan Rui. Karena sangat mungkin mereka malah akan meributkan hal-hal tidak penting.

Setelah melewati hamparan hijau, mereka memasuki hutan dengan pohon yang unik. Batangnya berupa kayu kurus berwarna putih. Sedangkan daunnya berwarna merah. Meski belum memasuki musim gugur, dedaunan merah itu sudah berserakan di tanah. Mungkin angin kemarau begitu kencang mengembuskannya.

Suasana menjadi hening seketika. Willy tertidur siang, sementara Noe menjulurkan kepalanya ke luar jendela. Menikmati angin yang menerpa. Tanpa sadar ekornya bergoyang-goyang di lantai, menandakan ia sedang senang.

Derek tiba-tiba mendekatkan wajahnya ke jendela kecil kursi kemudi, "hei, akan ku beri tahu satu hal, Archwood. Nona Alea itu gadis yang sangat cantik. Dan kau tahu? Ia akan mudah diburu orang-orang aneh. Apalagi ia seorang Elf. Besok saat kita hampir sampai, lebih baik kau membuatnya mengenakan jubah yang menutupi wajahnya. Begitu juga dengan rubah itu."

"Eh? Terima kasih untuk informasinya, Derek." Rui menjawab dengan pelan.

"Ini bu-bukan karena aku peduli, ya! Aku hanya tidak ingin terseret masalah dengan orang aneh."

"Cih, dasar. Lelaki tsundere."

Perjalanan pun kembali berlanjut dengan damai. Mereka beristirahat setelah keluar dari hutan merah tadi. Lalu kembali berjalan hingga matahari hampir tenggelam. Mereka bermalam di daerah bebatuan dataran rendah yang dekat dengan sungai. Rui membiarkan naganya, Hans untuk minum sepuasnya.

Waktu makan malam tiba. Rui membuat sup kentang untuk menghangatkan diri. Sup tersebut memiliki aroma kentang, kaldu ayam dan bawang bombai yang khas. Tak hanya kentang, sedikit wortel pun ditambahkan untuk memperkaya warna sup tersebut. Rasa yang dihasilkan begitu gurih dan menghangatkan tenggorokan.

Taste of Noodle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang