Bab 19: Pengamat

37 12 18
                                    

🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜

Rui mematung dengan mulut setengah terbuka. Ini terlalu cepat daripada yang ia rencanakan. Memang, Rui ingin Carla yang menemuinya nanti. Tapi tidak sekarang. Ia tidak siap berbicara dengannya!

"Ini semua pasti rencana si Peter kampret itu!"

Peter hanya tersenyum melihat Rui yang menatap tajam ke arahnya. Sementara Carla masih malu-malu menutupi sebagian mukanya dengan kantong belanjaan.

"Uhh, ya rasanya kurang enak ngobrol di sini. Bagaimana kalau kita mengobrol di ruko saja?" usul Rui sambil menggaruk kepalanya.

"Ide yang bagus!" Peter berseru.

"Huh, kau tampak senang sekali ya, Peter." Rui jengkel. Lelaki berambut hitam itu membalikkan badannya dan memimpin jalan menuju ruko. Peter dan Carla mengikutinya dari belakang.

Seperti biasa jalanan di pasar begitu ramai. Kebanyakan pedagang yang buka di malam hari adalah kedai minuman dan makanan. Sedangkan para pengunjung didominasi kaum lelaki, terutama para pekerja.

Peter berada di paling belakang untuk menjaga Carla. Rui berjalan di depan dan sesekali melihat ke belakang untuk mengecek apakah mereka tertinggal. Tak lama mereka sampai di depan ruko. Saat Rui hendak menyentuh gagang pintu, pintu tersebut terbuka dari dalam--

"Eh, Rui?" Alea lah yang membuka pintu.

"Eh, kau mau ke mana malam-malam begini gadis pirang?"

"Aku mau membeli teh melati. Ternyata pelanggan kita sangat suka teh itu, jadi persediaan kita sudah habis. Huft.."

"Tunggu, memangnya kau tahu jalan? Kau hanya pernah keluar sekali bersamaku saat membeli bahan-bahan."

"Ah.. tidak sih. Hehe."

"Payah, kau harusnya menungguku pulang dulu. Atau, kenapa tadi kau tidak menitip saja padaku sekalian?"

"Hmm.. Aku lupa. Aku terlalu sibuk menulis di buku ku."

Mereka berdua malah sibuk mengobrol di depan pintu. Mengabaikan dua tamu yang berdiri di luar.

"Umm, halo nona dan tuan. Maaf mengganggu perbincangan kalian. Tapi ada kami di sini." Peter menyela.

Alea langsung mengenali suara Peter. Gadis berambut pirang itu menyapanya. Namun Alea terkejut ketika melihat satu orang lain yang tidak ia kenal. Seseorang yang menutupi mukanya dengan jubah hitam dan memegang kantong belanjaan di dekapannya.

"Ah-- anu maaf aku tidak sadar ada tamu. Silahkan masuk." Alea mempersilahkan.

Mereka berempat pun masuk ke dalam ruangan. Alea duduk bersebelahan dengan Rui, sedangkan Peter bersebelahan dengan Carla.

"Apa aku harus membeli teh nya sekarang ya? Kau bilang toko herbal terdekat masih buka di malam hari." Alea bertanya pada Rui.

"Ah, kalau--"

"Tidak perlu, kak," ucapan Rui terpotong oleh Carla, "Aku baru saja dari toko herbal itu dan sudah membeli teh melati yang kakak maksud."

Carla mengeluarkan dua kotak teh melati. Rui menatap ke arah Peter yang masih memasang senyum bodoh. Rui menggerutu di dalam hati, ia berpikir Peter yang menyuruh Carla untuk membeli teh ini. Sedangkan, Alea terkejut ternyata seseorang yang ditutupi jubah itu adalah seorang gadis. Sekarang ia ingat siapa gadis itu.

"Terimakasih. Apakah kau Carla? Temannya Rui dari dunia asalnya. Bukalah jubahmu. Tidak perlu sungkan." Alea menerima teh yang diberikan Carla.

"Umm, iya kak." Carla membuka jubahnya. Rambut coklat panjangnya terurai. Alea terkagum pada keindahan rambut gadis itu.

Taste of Noodle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang