Bab 7: Kegaduhan Malam Hari

19 3 11
                                    

🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜

Rui mengulurkan tangan untuk membantu Alea bangkit dari lantai. Mereka berdua beralih duduk di tepian kasur. Untuk sesaat mereka hanya terdiam, menenangkan diri. Mengusap kasar wajah masing-masing yang berantakan setelah menangis bersama.

Rui dan Alea saling membuang muka, tak mau wajahnya dilihat satu sama lain. Jika bisa, mereka ingin segera bergegas membasuh diri di kamar mandi. Hanya saja, ntah kenapa mereka sangat enggan untuk beranjak dari atas kasur.

"M-mau ku suapi?"

Rui mengambil piring berisi kue dari atas meja. Meski sejak tadi berada di sana, Alea tidak menyadari kehadiran kue berwarna merah itu. Qershi Strip Cake yang Alea minta sesaat sebelum ia tertidur, kini sudah siap untuk dimakan!

"Eh? Tangan mu ... sudah bisa digerakkan?"

Seingat gadis itu, tangan kiri lelaki yang ada di sebelahnya ini tak bisa bergerak karena menggunakan sihir petir secara berlebihan. Sekarang, tangan itu sudah bisa bergerak lagi dengan normal. Seseorang pasti sudah menyembuhkannya.

"Iya, biar ku ceritakan. Boyd, anak pemilik penginapan ini bilang kalau minggu lalu, rombongan Kerajaan Rasenfeld singgah di sini. Mereka semua hendak pergi ke Kota Findolt untuk tujuan diplomasi. Karena itu, aku, Noe dan Boyd pergi ke sana untuk mencari Grimm. Karena ini sudah hari kedua dan kau tak kunjung bangun. Dan saat itulah Carla menyembuhkan tanganku."

Lelaki itu mengangkat piring kecil yang sedari tadi ia pegang, sebagai tanda bahwa tangannya sudah kembali seperti semula. Alea hanya terdiam dengan ekspresi terkejut. Gadis itu menatap Rui dengan mulut terbuka. Entah karena fakta bahwa dirinya yang 'bangun' lebih lama dari biasanya, atau karena Carla menyembuhkan tangan Rui.

Rui memiringkan kepala karena tatapan intens Alea. Apa ia baru saja mengatakan sesuatu yang aneh?

"Umm, ada apa, Alea?"

"Tidak ... kau bertemu dengan Carla, ya?"

Alea menurunkan pandangannya. Kali ini, Rui yang terbelalak karena baru saja menyadarinya.

"E-EH! Aku tidak melakukan apapun dengan Carla. Kami tidak bicara banyak. Setelah tanganku disembuhkan, aku dan yang lainnya langsung kembali ke sini. Sungguh!"

Rui tiba-tiba panik, bahkan ia hampir menjatuhkan piring yang ia pegang.

"Haha! Tenanglah, Rui. Aku tidak marah. Lagipula, gadis itu seorang kenalan dari dunia asalmu, kan?"

"Uh, iya. Aku harus menjaga hubunganku dengannya sebagai teman. Bagaimanapun, saat itu Carla membuatku merasa tenang. Karena ternyata aku punya teman yang bernasib sama denganku. Sama halnya dengan Derek."

"Derek ...?"

Wajah Alea tiba-tiba berubah datar begitu mendengar nama Derek. Ekspresi ini lebih mengganggu Rui daripada ekspresi Alea sebelumnya begitu mendengar tentang Carla. Berkat insiden pertarungan tak terduga antara Rui dan Derek, sepertinya Alea menaruh semacam dendam pada Derek.

"Nah ... ba-bagaimana kalau kau makan kue ini dulu? Kau belum makan apapun dari kemarin. Apa mulutmu tidak merindukan rasanya mengunyah sesuatu?"

"Umm, benar juga, ada kue qershi di hadapanku sekarang, hehe." Alea kembali berseri-seri.

"Bi-biar ku suapi, ya. Cepat, cepat buka mulutmu."

Dengan sendok kecil yang Rui pegang, ia memotong kue tersebut. Kemudian, ia mengangkat sendok tersebut dan mengarahkannya ke mulut Alea. Melihat mulut yang terbuka kecil, serta kedua bibir yang berwarna merah muda itu, membuat Rui menelan ludah karena ragu. Mulut itu terlalu imut hingga membuat tangan Rui gemetar!

Taste of Noodle Donde viven las historias. Descúbrelo ahora