Bab 3: Kota Pelajar Kaltagur

17 6 17
                                    

🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜🍜

Kelompok Rui tiba di depan gerbang Kota Kaltagur pada pagi hari ke-3. Seharusnya mereka tiba di sore nanti, tetapi karena pertempuran tadi malam, kelompoknya harus melanjutkan perjalanan. Rui meminta Hans untuk berjalan sedikit lebih jauh untuk mengamankan diri, namun naga darat itu terlalu bersemangat, dan akhirnya sekarang mereka sampai ke tempat tujuan lebih cepat.

Di depan gerbang kota, penjaga meminta Rui dan Alea untuk menunjukkan tanda pengenal. Meski mereka adalah pedagang, Rui mengatakan jika mereka hanya ingin berwisata. Salah satu penjaga menunjukkan jalan menuju tempat parkiran kereta.

"Pergilah ke arah barat jika kalian ingin mencari penginapan."

Rui dan Alea turun dari kereta. Sedangkan Hans tertidur

di kandang yang disediakan. Naga itu sudah bekerja dengan baik malam ini.

"Kau tidak tidur? Sejak semalam kau mengemudikan kereta." Alea melihat wajah temannya yang kusut.

"Tenang, aku memakan buah Aigre. Aku tidak mengantuk sama sekali."

"Kau tahu kan efek samping buah itu?"

Buah Aigre memiliki rasa yang manis dan asam. Buah ini bermanfaat untuk menghilangkan rasa kantuk. Jumlah maksimal yang boleh dikonsumsi hanya lima buah per hari. Jika dikonsumsi di malam hari dalam jumlah tersebut, buah ini mampu menghilangkan kantuk hingga 10 jam. Meski begitu, tubuh akan tetap merasakan dampak dari tidak tidur. Mendekati batas waktu, tubuh akan melemas, pandangan berputar dan timbul rasa mual. Jika setelah melewati batas waktu tidak segera tidur, konsumen bisa memuntahkan cairan dalam perut hingga tertidur berhari-hari.

"Tenang saja. Setelah berkeliling, kita akan langsung beristirahat."

"Baiklah. Kalau kau merasakan sesuatu, katakan saja."

Rui dan Alea melanjutkan berkeliling. Mereka melihat gerombolan orang dengan seorang pemandu. Mereka berdua memutuskan mengikuti rombongan tersebut.

Pemandu itu memulai tur sambil menjelaskan tentang sistem sekolah yang ada di dunia ini. Dimulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Sihir dan Sekolah Kejuruan.

Pada Sekolah Dasar, murid mempelajari cara membaca, menulis, berhitung, mengenal alam serta membangun moral. Sekolah ini dimulai pada usia tujuh dan ditempuh selama tiga tahun. Setelah lulus, murid-murid memasuki Sekolah Sihir.

Makhluk di dunia ini umumnya mampu mengeluarkan sihir tingkat dasar di usia 7-10 tahun tergantung bakat mereka. Mulai dari jenjang sekolah ini, murid-murid melatih fisik mereka selama setahun hingga mampu menggunakan sihir tingkat lanjut. Bagi orang tidak mampu menggunakan sihir tingkat lanjut atau tidak bisa sama sekali, mereka akan menjalin kontrak dengan roh atau berlatih menggunakan peralatan yang dilengkapi batu sihir seperti pedang milik Alea. Untuk mengaktifkan peralatan tersebut, pengguna harus merapalkan mantra 'Erashpate'.

Setelah menempuh empat tahun pendidikan di Sekolah Sihir, murid-murid melanjutkan ke Sekolah Kejuruan. Di sana mereka melatih keterampilan non-sihir seperti seni, menjahit, memasak, berlayar dan lainnya selama tiga tahun.

"Aku merasa tidak enak pada mereka yang bersusah payah belajar sihir. Sedangkan orang dari dunia lain sepertiku bisa menguasainya hanya dalam beberapa hari."

Rui berbicara sambil melihat ke arah anak-anak yang sedang berlatih fisik di lapangan. Lelaki itu berpikir, mendapat kemudahan dalam mempelajari sihir baginya adalah semacam kompensasi yang didapat dari 'dipindahkan' ke dunia lain secara sepihak.

"Ya, meski sebagian lainnya karena aku ini memang seorang pengkhayal. Jadi, semakin mudah lagi untuk membayangkan sihir yang ingin kugunakan."

"Pengkhayal, ya? Kau pasti berkhayal kalau Hans itu permaisuri mu."

Taste of Noodle Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang