DELAPAN

127 115 55
                                    

Absen HADIR dulu guys
.
.
Satu vote dari kalian, sangat berharga:)
.
.
Selamat membaca 🌹

°°°°

"Lula, barang-barang Lo banyak banget. Gak sekalian aja angkut rumahnya?"

Kedua gadis itu sudah berada di pekarangan rumah milik Lula. Rumah yang berlantai dua dengan tekstur cat berwarna putih tetapi tidak memiliki seseorang pun selain Lula,Andra–ayah Lula dan asistennya yang bernama bi Inah.

Rachel dengan napas yang tergesa-gesa, kini duduk lesehan di rerumputan kecil. Kakinya terasa capek karena sedari tadi ia bulak-balik membawakan barang-barang milik Lula ke dalam mobil pickup.

"Ahel capek ya? nih aku bawain minum" gadis itu segera memberikan sebotol teh pucuk ke Rachel yang terlihat sangat kelelahan.

Dengan cepat Rachel mengambil minuman tersebut dan meneguk hingga kandas. "Akhhh.. seger" lepas itu, Rachel berbaring di atas rumput-rumput kecil menatap langit yang sedikit mendung.

"La, bunda Lo kemana? Kok Lo gak kasih tau gue si?" Ucapan itu sengaja di lontarkan Rachel. Semenjak membawa barang-barang, sosok ibu dari Lula itu sama sekali belum menampakkan diri di hadapan Rachel.

Wajah Lula yang tadinya ceria, lalu menjadi sendu. Kedua bahunya menurun dan tatapannya kebawah, kedua tangannya memainkan rumput. "Bunda udah meninggal dari lima bulan yang lalu" balas Lula sedikit terpaksa.

Mendengar jawaban Lula, Rachel segera merubah posisi tidurnya menjadi duduk dan menatap Lula dengan serius. "Gue minta maaf la" kemudian Rachel memeluk tubuh Lula untuk memberikan kekuatan.

Gadis itu tersenyum pahit. "Tidak apa-apa ahel" katanya sambil mengelus punggung Rachel.

Beberapa menit kemudian datang seorang laki-laki berpakaian formal menghampiri Lula dan Rachel.

"Rachel" panggil laki-laki itu. Rachel pun segera berdiri begitu juga dengan Lula.

Andra Anjasmara–ayah Lula. Laki-laki itu memegang bahu Rachel dan menatap gadis itu penuh kepercayaan.

"Lula cerita banyak tentang kamu. Saya percaya kamu bisa jagain Lula. Saya mohon, jangan pernah tinggalin Lula sendiri dan jangan biarkan Lula bergaul dengan orang-orang yang senonoh" jeda ucapannya.

"Satu bulan kedepan, saya ada urusan di luar negri. Jadi, saya kasih kepercayaan saya sama kamu. Urusan biaya kuliah biar saya yang tanggung" ucapnya dengan sorot mata yang serius.

Rachel merasa tidak enak. "Saya bisa jagain Lula. Tapi kalo soal biaya kuliah, saya bisa sendiri" ucapnya yang tidak enak hati, karena ia selalu merepotkan Lula.

Andra menggeleng pelan. "Jangan menolak niat baik orang,Rachel" laki-laki itu tersenyum lebar dan memeluk kedua gadis itu.

Jujur saja, Rachel benar-benar merindukan momen ini. Dirinya ingin sekali memeluk papa nya, namun takdir berkata lain. Dan ini kesempatan Rachel merasakan pelukan hangat walaupun bukan dari papa nya.

°°°°
Selang beberapa menit, kedua gadis itu sudah berada di asrama putri. Keduanya juga sudah merapihkan barang-barang milik Lula ke tempat yang sudah di sediakan.

Karena kelelahan,gadis polos berambut sebahu itu tertidur di atas sofa berwarna merah. Padahal Rachel ingin mengajak Lula ke taman sambil melihat bintang.

Melihat Lula yang terbaring kelelahan,tadinya Rachel ingin sekali membangun kan gadis itu. Karena kasihan jadi Rachel keluar sendiri mencari udara di malam hari.

Gadis yang menggunakan kaos berwarna hitam dan celana jins panjang, kini berjalan kecil melewati kompleks perumahan. Angin malam menghembuskan ke kulit Rachel. Gadis itu menatap ke arah langit, terlihat ada bulan purnama dengan kerlipan bintang yang menemaninya. Sehingga senyuman tipis terukir di bibirnya.

Sejahat Takdir [SELESAI]Where stories live. Discover now