70. PESAN MISTERIUS

73 1 0
                                    

Zian melirik ke sekelilingnya saat mendengar ada beberapa murid yang sedang membicarakan dirinya.

Entah apa yang sedang mereka bicarakan. Zian sendiri tidak mau terlalu ambil pusing. Dia hanya tidak ingin membuang-buang tenaga dengan adu argumen pada mereka.

"Gara-gara dia pertemanan Kak Salsha sama Kak Angkasa jadi rusak."

"Kayaknya yang di bilang sama Kak Salsha itu bener deh. Bisa aja dia menghasut temen-temennya Kak Angkasa supaya benci sama Kak Salsha."

"Apa lagi sekarang kan dia udah jadi pacarnya Kak Angkasa. Udah jelas dia deket sama semua temennya Kak Angkasa."

"Pasti bangga banget dia tuh bisa pacaran sama Kak Angkasa. Secara lo tau sendiri kan Kak Angkasa itu bukan cuma Ketua geng doang. Tapi anak donatur sekolah."

"Harusnya yang cocok sama Kak Angkasa itu ya Kak Salsha. Sama-sama dari kalangan yang sederajat."

"Speechless banget sih gue semalam liat Kak Angkasa semarah itu sama Kak Salsha. Bahkan temen-temennya Kak Angkasa ikut belain dia."

"Pasti makin besar kepala deh dia di belain sama anak-anak Arvegaz. Pasti merasa di lindungin banget."

"Jadi kasian liat Kak Salsha semalam. Pasti dia malu banget."

Zian menghentikan langkahnya lalu memejamkan matanya sejenak. Sampai akhirnya dia kembali membuka matanya dan memutar balik badannya menghadap ke arah murid-murid yang sejak tadi membicarakan dirinya.

"Ini masih pagi. Bisa nggak jangan nyari gara-gara? Kalau lo pada nggak tau gimana kejadiannya mendingan diem aja. Bukan keliatan keren jatuhnya malah norak," ucap Zian.

Murid-murid tersebut hanya diam seolah-olah tidak perduli dengan ucapan Zian baru saja.

"Stop mencampuri dan mengomentari hubungan gue sama Kak Angkasa. Karna itu bukan urusan lo. Urus aja hidup lo yang bener," ucap Zian.

Zian tersentak saat ada seseorang yang dengan tiba-tiba merangkul dirinya bahkan mengusap pipinya dengan lembut.

"Ada apa nih? Dari jauh kayaknya serius banget," ucap Angkasa.

Aksa menolehkan kepalanya ke arah murid-murid yang ada di hadapan Zian. "Ngomongin apaan lo pada? Gosip lagi?" tanya Aksa.

"Udahan gosipnya? Nggak mau lanjut lagi? Gue liat dari jauh kayaknya tadi seru amat dah," sahut Surya.

Angkasa menolehkan pandangannya ke arah murid-murid tersebut. "Coba sini ngomongnya di depan gue langsung. Jangan beraninya cuma bacot doang di belakang," ucap Angkasa.

"Heran dah gue sama lo pada. Nggak ada kerjaan lain apa selain gosip? Kalau mau kerjaan di rumah gue banyak tuh," ucap Azka.

"Mental yupi nggak usah sok keras mau gosipin cewek gue. Di serang balik ketar-ketir lo semua," ucap Angkasa.

"Udah jangan emosi. Masih pagi," ucap Zian.

"Bukan gitu Zi. Anak-anak kayak gini nih harus di kasih paham dulu. Gosipin kamu sama dengan mereka gosipin aku juga," ucap Angkasa.

"Mungkin kehidupan aku terlalu menarik makanya di jadiin bahan pembicaraan terus," ucap Zian.

"Biasa itu Zi. Bisa jadi kehidupan lo lebih menarik dari kehidupan mereka makanya jadi bahan pembicaraan," sahut Zico.

Zian menggandeng tangan Angkasa lalu mengusap lembut pipi Angkasa. Hal itu sengaja ia lakukan tepat di depan murid-murid yang sedang membicarakan dirinya.

ANGKASA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang