39. TAWURAN DI GEDUNG TERBENGKALAI

132 2 0
                                    

"Zian"

Gadis itu langsung menghentikan langkahnya lalu memutar balik tubuhnya saat ada seseorang yang memanggilnya dari belakang.

"Ada apa Kak?" tanya Zian.

"Semalam gue ke rumah lo tapi rumah lo kosong bahkan di gembok. Gue tanya sama tetangga lo katanya lo udah pindah. Bener?" ucap Zaki.

"Oh itu. Iya gue udah pindah Kak. Udah nggak tinggal di situ lagi," ucap Zian.

"Pindah ke mana?" tanya Zaki.

"Ke Jalan Cimanggis," jawab Zian.

"Jalan Cimanggis?" tanya Zaki.

"Iya Kak," jawab Zian.

Seketika raut wajahnya langsung berubah saat mendengar alamat rumah Zian yang baru. Pasalnya dia tau jika alamat rumah Zian saat ini sangat dekat dengan rumah Angkasa, musuhnya.

"Kak Zaki?" panggil Zian lalu menepuk pelan bahu Zaki.

Laki-laki tersebut sedikit tersentak saat Zian menepuk bahunya. "Eh iya kenapa?" tanya Zaki.

"Kakak yang kenapa? Malah melamun," ucap Zian.

"Enggak. Nggak apa-apa," ucap Zaki.

"Eh iya emangnya semalam Kak Zaki mau ngapain ke rumah?" tanya Zian.

"Nggak ada. Ada perlu sebentar tapi nggak jadi karna nggak ada lo," jawab Zaki.

"Itu juga sebenarnya dadakan. Gue juga awalnya nggak tau kalau bakalan pindah," ucap Zian.

"Lo pulang sama siapa? Di jemput?" tanya Zaki.

"Nggak tau nih Kak. Abang gue belum ada nelfon gue," jawab Zian.

"Mau pulang bareng sama gue?" tawar Zaki.

"Eh?" ucap Zian.

"Sekalian gue mampir ke rumah baru lo," ucap Zaki.

"Tapi itu kan beda arah Kak. Yang ada nanti Kak Zaki malah jadi puter balik," ucap Zian.

"Nggak apa-apa. Hitung-hitung supaya gue nggak nyasar semisalnya gue mau ke rumah lo yang baru," ucap Zaki.

"Eum--"

"Zian pulang sama gue"

Mereka berdua langsung menolehkan kepala ke arah orang yang baru saja menyela percakapan mereka. Raut wajah Zaki berubah seketika saat melihat orang tersebut.

Seorang anak laki-laki dengan dasi di pergelangan tangannya serta jaket jeans yang melekat di tubuhnya dengan lambang Arvegaz di dada sebelah kanan.

"Zian pulang sama gue. Jadi kasih aja tumpangan lo sama cewek lain," ucap Angkasa merangkul Zian.

Zian mendelikkan matanya saat Angkasa tiba-tiba saja merangkul dirinya. Bahkan rangkulannya terasa sangat erat baginya. Sedangkan Zaki hanya menatap ke arah Angkasa dengan tatapan tidak bersahabatnya.

"Zian bilang dia nggak tau pulang sama siapa. Dia sama sekali nggak ngomong kalau dia pulang sama lo," ucap Zaki.

Angkasa menurunkan tangannya dari bahu Zian lalu menolehkan kepalanya ke arah gadis tersebut.

"Lo lupa? Kan tadi gue udah ada ngomong sama lo kalau nanti lo pulang bareng sama gue," ucap Angkasa.

Zian tampak bingung dengan ucapan Angkasa saat ini. Seingatnya, Angkasa sama sekali tidak ada mengatakan jika dirinya akan pulang bersama dengan pria tersebut.

Dia sedikit tersentak saat Angkasa mencubit pelan pinggangnya dari belakang sembari tersenyum tipis penuh arti.

"Eh iya astaga gue lupa. Tadi lo ada bilang sama gue di kantin ya?" ucap Zian.

ANGKASA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang