02. ARVEGAZ VS CHUGGS

377 4 1
                                    

Angkasa merotasikan kedua bola matanya lalu mendengus kesal saat mengetahui ada seorang pria yang tengah duduk di ruang tamu membelakangi dirinya.

Dia tau siapa pria tersebut. Dengan langkah santai dia berjalan melewati pria tersebut seolah-olah tidak ada siapa pun di sana.

"Dari mana aja lo?" tanya Arga.

Argantara Putra Danadyaksa, Kakak dari Angkasa sendiri. Arga sendiri saat ini sudah memasuki bangku perkuliahan. Usia dirinya dengan Angkasa hanya terpaut 4 tahun. Jika Angkasa adalah anak pembangkang dan susah di atur, maka Arga adalah kebalikan dari Angkasa sendiri.

Pintar, gampang di atur serta penurut. Oleh sebab itu lah terkadang kedua orangtuanya sering membanding-bandingkan dirinya dengan Kakaknya itu. Karna hal itu Angkasa menjadi anak yang pembangkang dan sangat keras.

Dan karna sebab itulah hubungannya dengan sang Kakak tidak terlalu baik. Karna hal yang paling di benci oleh Angkasa adalah dibanding-bandingkan.

Angkasa menghentikan langkahnya lalu melirik sinis ke arah sang Kakak. "Urusannya sama lo apa?" ucap Angkasa.

"Lo bisa sopan dikit nggak sama gue?" ucap Arga.

"Sopan?" Angkasa tertawa renyah mendengar penuturan sang Kakak. "Emang harus banget gue sopan sama lo?" ucap Angkasa.

"Angkasa!" sentak Arga.

"Apa?" ucap Angkasa.

"Gue ini Abang lo. Bisa nggak lo sedikit sopan sama yang lebih tua dari lo?" ucap Arga.

"Udahlah gue lagi males debat sama lo. Buang-buang waktu gue aja," ucap Angkasa.

"Lo mau sampe kapan sih kayak gini terus?" ucap Arga.

"Maksud?" tanya Angkasa dengan alis yang terangkat sebelah.

"Lo mau sampe kapan nggak jelas kayak gini? Pergi pagi pulang sore, kadang sampe malam. Kadang sampe pagi baru pulang," ucap Arga.

"Terus?" Angkasa merubah posisinya menjadi berhadapan dengan sang Kakak. "Emang itu ngerugiin lo? Enggak kan?" ucap Angkasa.

"Lo keras kepala banget. Pantesan aja Mama sama Papa capek ngasih tau lo," ucap Arga.

"Gue nggak butuh di nasehatin dari siapa pun. Termasuk lo sendiri," ucap Angkasa.

Arga menghela nafasnya dengan kasar menghadapi sifat Adiknya yang satu ini.

"Mama sama Papa nggak bisa pulang sekarang. Kemungkinan bulan depan," ucap Arga.

"Nggak perduli. Mau mereka pulang atau enggak itu bukan urusan gue," ucap Angkasa.

"Brengsek!" sentak Arga.

"Kenapa? Omongan gue bener kan? Emang selama ini mereka ingat pulang? Mereka selalu sibuk sama kerjaan sendiri. Gila kerja dan gila harta. Sampe lupa kalau ada anak yang sering mereka telantarkan," ucap Angkasa.

"Jaga omongan lo Angkasa! Mereka juga kerja buat lo dan buat kita! Harusnya lo bisa ngertiin posisi mereka!" sentak Arga.

"Buat gue? Kayaknya itu cuma buat mereka doang. Gue nggak pernah merasa itu semua buat gue. Itu semua buat lo. Kan lo anak kesayangan mereka," ucap Angkasa.

Arga memejamkan matanya lalu mengepalkan kedua tangannya guna menahan emosinya.

Sesaat kemudian Arga kembali membuka matanya dan menatap kedua manik mata Angkasa.

Dari sini Arga bisa melihat jika Angkasa hanya membutuhkan sosok kedua orangtuanya hadir di antara mereka tanpa harus membandingkan satu sama dengan yang lainnya.

ANGKASA || ENDWhere stories live. Discover now