31. ORANG MISTERIUS & KEPULANGAN PAPA

122 3 0
                                    

"Baru pulang sayang?"

Angkasa menghentikan langkahnya tepat di ruang tamu saat ada seseorang yang menegur dirinya. Dia melirik sesaat ke arah orang yang sedang tersenyum padanya.

"Iya," jawab Angkasa singkat.

"Dari mana?" Nadya bangkit dari duduknya lalu berjalan menghampiri Angkasa. "Akhir-akhir ini kamu sering banget pulang sore," ucap Nadya.

"Dari rumah temen," ucap Angkasa.

"Sampe sore ini? Nggak bisa pulang dulu ke rumah?" tanya Nadya.

"Aku jengukin temen," jawab Angkasa.

"Oh jengukin temen. Mama kirain kamu ke mana lagi," ucap Nadya.

"Emang Mama perduli?" tanya Angkasa.

"Kalau Mama nggak perduli mana mungkin Mama nanya kayak gini sama kamu," jawab Nadya.

"Kenapa baru sekarang?" tanya Angkasa.

Nadya menaikkan sebelah alisnya menatap putranya tersebut. "Maksudnya?" tanya Nadya balik.

"Kenapa baru sekarang Mama peduli? Apa baru sekarang kalian sadar kalau aku anak kalian?" tanya Angkasa lagi.

"Kok kamu ngomong gitu?" ucap Nadya.

"Bener kan? Apa ada yang salah dari perkataan aku?" ucap Angkasa.

"Jelas salah"

Angkasa menolehkan kepalanya ke arah orang yang baru saja menyela percakapannya dengan sang Ibu. Dia tersenyum miring menatap orang tersebut yang sedang berjalan menghampiri mereka.

"Pake nanya salah atau enggak. Udah jelas perkataan lo tadi itu salah," ucap Arga.

"Salah? Salahnya di mana?" tanya Angkasa.

"Nggak seharusnya lo ngomong kayak gitu sama Mama. Kalau Mama masih sering nanya-nanya sama lo itu tandanya dia masih peduli dan sayang sama lo. Harusnya lo ngerti Angkasa. Lo udah besar. Bukan anak kecil lagi," ucap Arga.

"Stop. Lo nggak usah nasehatin gue karna gue nggak butuh nasehat dari lo. Gue tau lo sengaja nasehatin gue supaya dapet perhatian lagi dari Mama kan? Udah ketebak," ucap Angkasa.

"Syut udah jangan berantem lagi. Nanti di liat sama Alea nggak baik," ucap Nadya.

"Tanpa lo nasehatin gue juga lo udah dapetin semuanya. Perhatian dan kasih sayang Mama udah lo dapet jadi lo nggak usah sok nasehatin gue," ucap Angkasa.

"Angkasa," ucap Arga penuh penekanan.

"Udahlah gue capek mau istirahat. Ngomong sama kalian itu nguras tenaga gue," ucap Angkasa.

"KAK ANGKASA!!"

Mereka bertiga menolehkan kepala ke arah suara yang berasal dari lantai 2. Senyumnya mengembang menatap seorang bocah kecil dengan boneka di pelukannya.

"Kak Angkasa di marahin lagi ya sama Kak Arga?" tanya Alea.

"Enggak kok sayang. Nggak di marahin," jawab Angkasa.

"Alea nggak suka Kak Arga marah-marahin Kak Angkasa nya Alea," ucap Alea.

"Enggak kok sayang. Nggak di marahin." Angkasa kembali menolehkan kepalanya ke arah Arga serta Ibunya. "Lo bisa liat sendiri kan gimana Alea sama lo sekarang? Jangan salahin gue kalau dia jadi kayak gitu sama lo. Karna lo sendiri yang merubah dia jadi kayak gitu. Dan Mama juga. Jangan cuma terfokus sama satu orang aja. Liat masih ada Alea yang jauh lebih butuh perhatian kalian," ucap Angkasa.

"Kak Angkasa," panggil Alea merengek.

"Iya sebentar sayang," sahut Angkasa lalu berjalan menaiki tangga.

ANGKASA || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang