35. TERUNGKAPNYA SEBUAH KEBENARAN

151 1 0
                                    

"Zian"

Gadis itu langsung menolehkan kepalanya ke arah orang yang baru saja memanggil namanya tersebut.

"Ada ap--Aww!"

Zian meringis kesakitan saat Salsha yang dengan sengaja mendorong tubuhnya ke belakang hingga menabrak dinding lokernya tersebut.

"Lo jadi orang kok batu banget sih?" ucap Salsha.

"Maksud lo?" tanya Zian.

"Pake nanya lagi lo?" ucap Salsha.

"Lah? Gue nggak tau di mana letak kesalahan gue sama lo," ucap Zian.

"Udah berapa kali gue bilangin sama lo? Jauhin Angkasa dan jangan pernah deketin dia. Nggak paham juga lo?" ucap Salsha.

"Oh jadi ini masalah Kak Angkasa?" tanya Zian.

"Lo fikir apa? Gue juga ogah berurusan sama lo kalau nggak penting juga," ucap Salsha.

"Terus? Masalah Kak Angkasa ini menurut lo penting gitu? Sepenting apa sih? Kak Angkasa itu siapa lo?" tanya Zian.

"Siapa gue buat Angkasa itu bukan urusan lo. Urusan gue sama lo sekarang itu gue minta lo jangan deketin Angkasa lagi," jawab Salsha.

"Lo denger ya Kak? Gue sama sekali nggak pernah deketin Kak Angkasa. Kepikiran buat deketin dia juga enggak," ucap Zian.

"Nggak mungkin lo nggak ada niat Zian. Beberapa kali ini lo sama dia pergi pulang bareng terus," ucap Salsha.

"Gue pergi pulang sama dia juga karna dia yang minta. Kalau enggak juga gue nggak mungkin sama dia," ucap Zian.

"Halah alasan aja lo bilang dia yang minta. Angkasa itu bukan tipikal orang yang minta-minta," ucap Salsha.

"Iya karna yang sering minta-minta sama dia itu lo kan? Minta di anterin pulang," ucap Zian.

"Lah suka-suka gue dong. Hak gue juga," ucap Salsha.

"Dan suka-suka Kak Angkasa juga dong mau pulang sama gue atau enggak. Kenapa lo yang ribet sih?" ucap Zian.

"Lo deketin dia supaya bisa di kenal kan sama anak-anak sini? Secara Angkasa itu pentolan sekolah dan Ketua Arvegaz," ucap Salsha.

"Dih? Kalau emang niat gue deketin cowok pentolan sekolah kenapa harus dia? Tuh Kak Zaki ada. Kalau emang gue niat. Tapi sayangnya nggak ada niat sih. Kepikiran juga enggak," ucap Zian.

"Munafik banget lo jadi cewek. Modelan kayak lo aja udah ketebak kali niatnya," ucap Salsha.

"Lo ngomong kayak gini sama gue itu bawa kaca nggak sih?" tanya Zian.

"Maksud?" tanya Salsha balik.

"Lo ngatain gue kayak gitu lo nya sendiri nggak ngaca? Nggak malu lo ngatain gue kayak gitu?" tanya Zian lagi.

"Kenapa gue harus malu? Gue lagi ngomongin lo," ucap Salsha.

"Dengan lo ngatain gue kayak gitu sama aja kayak lo ngatain diri lo sendiri. Kasian banget sih. Nggak sadar diri," ucap Zian sinis.

"Jaga ucapan lo," ucap Salsha mendorong bahu Zian.

"Eh santai dong. Jangan main tangan. Gue masih slow nih," ucap Zian.

"Ngapain lo?"

Mereka berdua menolehkan kepala ke arah orang yang baru saja menegur mereka berdua. Seorang murid laki-laki dengan jaket Arvegaz di tubuhnya serta tas yang berada di tangan sebelah kanannya berjalan menghampiri mereka berdua.

"Ada apa nih?" tanya Boy.

"Nggak ada apa-apa. Cuma ngobrol biasa doang kok. Ya kan Kak?" ucap Zian.

"Ee iya cuma ngobrol biasa doang," ucap Salsha.

ANGKASA || ENDWhere stories live. Discover now