07. LOKER ZIAN

208 2 0
                                    

Zian yang pada saat itu baru saja membuka pintu lokernya terkejut saat melihat banyaknya sampah yang berserakan di dalam lokernya.

Tak hanya sedikit. Melainkan ada banyak sampah di sana. Zian sendiri sudah tau ini ulah siapa. Tidak lain dan tidak bukan.

"Astaghfirullah. Masih pagi juga. Nggak ada capek-capeknya," ucap Zian.

Gadis itu menjongkokkan badannya untuk memungut sampah yang berserakan di depan lokernya.

"Sekarang udah jadi tukang pungut sampah ya?"

Zian menolehkan kepalanya ke arah orang yang baru saja berbicara. Dia mendengus kesal lalu tanpa perduli kembali melanjutkan aktifitasnya.

Menurutnya hanya akan membuang-buang waktu saja jika menghadapi gadis yang ada di depannya saat ini.

"Emang cocok sih sama lo. Tukang pungut sampah," ucap Salsha.

"Eh ini yang lagi bermasalah sama Angkasa kan?" ucap Aluna.

"Iya dia orangnya," ucap Salsha.

"Besar juga nyali lo ngelawan Angkasa. Oh atau lo punya dekingan ya makanya berani?" ucap Aluna.

"Dekingan siapa? Dia kan nggak punya temen di sini," ucap Salsha.

"Siapa tau kan? Dia punya dekingan kuat makanya berani ngelawan Angkasa," ucap Bianca.

"Lo kalau kemari cuma buat ngata-ngatain gue mendingan enyah aja deh. Kehadiran lo sama sekali nggak guna di sini Kak," ucap Zian.

"Suka-suka gue dong. Emang ini tempat punya lo? Enggak kan? Siapa aja boleh kali kemari," ucap Salsha.

"Tau nih. Lagi juga kan ini lingkungan sekolah sih. Siapa aja boleh ke sini," ucap Bianca.

"Yang bilang ini pasar juga siapa? Nggak ada kan?" ucap Zian.

"Pantesan aja sih Angkasa kesel banget sama lo. Gaya lo belagu juga," ucap Salsha.

"Bukan gue yang belagu. Tapi temen lo yang nggak punya attitude itu yang belagu," ucap Zian.

"Eh lo kalau ngomong hati-hati. Keberadaan lo di sekolah bisa terancam kalau Angkasa sampe tau," ucap Aluna.

"Lo fikir gue perduli? Ya enggaklah," ucap Zian.

"Lo emang nggak tau apa Angkasa itu siapa?" ucap Salsha.

"Iya gue tau. Murid laki-laki dengan gaya sombongnya udah selangit sampe nembus langit ke tujuh," ucap Zian.

"Shit. Nyari masalah lo pagi-pagi," ucap Salsha.

"Kalau lo nggak ada niatan bantuin gue mendingan lo cabut aja deh sana Kak. Muak lama-lama gue ngomong sama lo bertiga," ucap Zian.

"Heh belagu amat lo jadi anak baru," ucap Aluna menendang sampah tersebut ke depan Zian.

Gadis itu memejamkan matanya lalu berdiri menghadap ke arah Salsha dan kedua temannya dengan tatapan datar.

"Dari tadi gue masih sabar. Sebaiknya lo pergi dari sini. Kehadiran lo bertiga bener-bener bikin gue jijik tau nggak Kak," ucap Zian.

"Lebih jijik mana? Lo yang tukang pungut sampah atau gue?" ucap Salsha.

"Lebih jijik lo yang taunya cuma bacot doang tapi nggak ada nyalinya sama sekali," ucap Zian.

"Jaga ucapan lo!" sentak Salsha.

"Ternyata lo sama aja kayak temen lo si Angkasa itu. Sama-sama besar bacot tapi nyali kecil. Lo berdua emang cocok," ucap Zian.

Salsha mengepalkan kedua tangannya lalu berjalan mendekati Zian. Saat dirinya hampir mendekati Zian seorang pria tiba-tiba datang dan menolak bahu Salsha mundur ke belakang.

ANGKASA || ENDWhere stories live. Discover now