XLII [Roccia (4)]

3.3K 487 2
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

Aludra memegang keningnya, memikirkan apa yang terjadi jika mereka menunjuk dirinya sendiri. Mungkin ia sangat menikmati saat menyelidiki kasus dengan cara diam-diam, namun kali ini tidak. Ia merasa tertekan.

"Lo kenapa, Al?"

Aludra mendongakkan kepalanya, sudah ada Kai yang meletakkan tangannya di pucuk kepalanya. Tanpa Aludra menjawab pun, pasti Kai sudah tahu tentang apa yang dia khawatirkan.

"Gue khawatir dengan pandangan mereka," jawab Aludra. "Lo tahu kan banyak yang anggap gue anak yang aneh karena penampilan gue."

"Gue juga," sahut Rio.

Ia lupa jika Rio juga sama sepertinya. Mendapat fitnah dari orang yang iri dengannya, mana mungkin Rio dapat reputasi yang baik dari anak sekolah.

"Tapi coba lo belajar untuk gak peduli, Al."

"Gimana caranya?" Aludra sedikit tertarik dengan ucapan Rio.

"Ya gak peduli aja. Gak perlu pikirin pemikiran mereka. Cukup fokus ke diri sendiri. Hidup lo ya hidup lo, cuma lo yang bisa atur semuanya."

Aludra termenung. Sepertinya ia sudah seperti itu, hanya saja apa yang ia lakukan, pasti akan ia pikirkan kembali. Istilah jaman sekarang adalah overthinking.

Kai merangkul bahu Rio dan Aludra. "Udah, gak usah dipikirin. Pikirin aja tentang kasus," ucapnya menyemangati mereka berdua.

Mereka berdua mengangguk. Tak lama kemudian, terdengar suara ketukan dari mikrofon, sepertinya sudah waktunya mereka harus menunjukkan tim itu. Mereka sedang berada di samping aula yang tertutup.

"Baiklah, maaf saya kumpulkan kalian disini karena ada hal penting yang harus disampaikan. Teruntuk Pak Zevan, silakan naik ke podium," ucap Pak Carlos.

Pak Zevan berjalan dengan gagahnya ke atas podium. Diikuti oleh kelima anak di belakangnya. Raut wajah mereka terlihat tenang walaupun degup jantungnya terbilang cepat. Banyak sepasang mata yang menatapnya heran dengan kehadiran tim Cassiopeia disana.

"Tuh mereka berlima ngapain disana?"

"Jangan-jangan pelakunya."

"Masa sih? Gak mungkin lah Kak Ace kayak gitu."

"Si cewek itu juga ngapain sih disana? Berasa ratu banget di tengah mereka."

"Iya dih, sok kecakepan banget tuh orang."

"Siapa tahu tuh cewek pelakunya."

Bisikan demi bisikan mereka lontarkan di aula itu. Mereka hanya mendengarnya sedikit karena terlalu banyak suara yang mereka tangkap. Tetapi mereka mencoba untuk membiarkannya dan fokus dengan tujuan awalnya.

"Perkenalkan saya Inspektur Zevan Ferry Maxena selaku pemimpin dari kasus mutilasi di SMA Arcthurus. Tujuan saya disini akan memperkenalkan tim yang akan membantu saya dalam kasus ini," ucap Pak Zevan.

Ace mengambil mikrofon yang diberikan oleh seorang guru. "Kami disini akan membantu kepolisian untuk jangkauan sekolah. Mungkin jika kalian ingin menyampaikan suatu keanehan di sekolah dan tidak berani untuk bicara dengan polisi, kalian bisa menyampaikannya kepada kami. Terima kasih." Ia menyudahi kalimatnya yang disuruh diucapkan oleh Pak Zevan.

"Apakah ada yang ingin menanyakan sesuatu?" Pak Zevan mempersilahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan.

Seperempat murid yang berkumpul di aula mengangkat tangan mereka. Mereka terkejut ternyata banyak yang penasaran dengan tim mereka.

Cassiopeia ✔️Where stories live. Discover now