LXII [Villain (2)]

5.4K 899 2
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

"Keenan, lo gak bercanda 'kan? Dapet darimana info itu?"

Mereka sudah sampai di sekolah. Hening. Tidak ada orang yang ada di sekolah kecuali mereka. Pandangan heran semua terarah ke Keenan sebagai sang pemberi informasi.

"Adik gue. Dia yang lihat salah satu live Instagram, ada kerusuhan di sekolah kita. Mau buktinya?" Keenan melihat tatapan mereka yang semakin aneh melihatnya.

Semuanya terjawab ketika Keenan menunjukkan buktinya. Salah satu murid Arcthurus yang melakukan live Instagram dengan menunjukkan kamera belakangnya ke arah Gedung sekolah, lalu ramainya anak-anak yang berkumpul di parkiran. Tanpa angin apapun, live itu langsung terhenti.

"Live Instagram kayak gitu gak bisa direkayasa 'kan?" tanya Aludra.

Keenan menggeleng. "Namanya juga live, pasti gak bisa direkayasa ataupun diatur waktunya," jelasnya.

"Masalahnya gini. Kita udah di sekolah kita sendiri, bahkan berdiri di parkiran. Tapi mereka semua kemana? Kalo pun ada di dalam sekolah, seharusnya kedengeran dari luar sini," terang Kai.

Itu yang masih jadi permasalahan mereka. Lagi pula untuk apa murid berada di sekolah saat sudah libur semester? Tidak masuk akal bagi mereka.

"Kita coba masuk. Cari mereka di dalam. Dan gue minta satu sama kalian." Sorot mata Ace mengedar dari mereka satu per satu. "Jangan ada yang kepisah. Gue gak mau kalian kenapa-napa, kalian masih tanggung jawab gue sekarang," ujarnya serius. Ini kejujurannya karena dari dulu ia bertanggung jawab dengan keselamatan mereka, bukan sekedar suruhan Leoni saja.

Mereka mengangguk setuju dan berpegangan satu sama lain. Tidak ada yang berjalan di belakang, semuanya jalan berdempetan. Tidak ada juga yang bisa bercanda di saat-saat seperti ini, kewaspadaan masih mengitarinya. Ujung kanan ada Rio dan ujung kiri ada Aludra. Hanya mereka berdua yang bisa menjamin keamanan mereka.

Tujuan pertama adalah lapangan. Tidak ada orang. Kedua, kantin yang selalu jadi tempat favorit para murid. Masih tidak ada siapapun. Perpustakaan, setiap ruang ekskul, bahkan sampai setiap kelas mereka kunjungi, masih tidak ada juga. Mereka beralih ke ruang kepala sekolah untuk mencari keberadaan Pak Carlos.

Tidak ada.

Ace pikir ayahnya akan bersama dengan Leoni, ia tidak terlalu ambil pusing. Masih banyak tujuan lainnya yang belum mereka kunjungi, wajar karena sekolahnya terlalu luas. Tujuan mereka saat ini aula sekolah, tempat dimana mereka mengakui adanya Cassiopeia.

"Mereka ada disini," gumam Kai.

Baiklah jika mereka menemukannya di aula, tapi ada yang membuat mereka lebih terkejut lagi. Mulut semua murid di lakban dan tangan kakinya diikat. Matanya seakan meminta tolong kepada mereka untuk dilepaskan. Kombinasi murid itu yang mereka ingat adalah bekas mantan pelaku, tersangka, dan saksi.

Di atas panggung, ada Pak Carlos yang terduduk lemas dengan kondisi seperti siswanya. Di samping itu, ada mereka bertiga yang Ace percayai untuk menjaga ayahnya sedang bersimpuh lutut menghadap para murid.

Ada satu yang tidak pernah kenal sebelumnya berdiri di belakang Pak Carlos.

Arlo.

Fotonya yang sudah tersebar dimana-mana, akhirnya mereka bisa melihatnya langsung tanpa perlu mendengarkan cerita dari pendiri Cassiopeia itu.

"Biar gue yang masuk," ucap Ace.

Aludra menggeleng. "Perintah lo masih ada di pikiran gue. Kita masuk bareng. Pikiran lo lagi gak jernih." Melihat Pak Carlos diperlakukan seperti itu oleh mantan muridnya, Ace pasti tidak akan tinggal diam.

Cassiopeia ✔️Where stories live. Discover now