XVI [Fleuve (6)]

7.6K 1.1K 2
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

"Mau kemana bocil?"

Ingin Aludra berjalan menjauh dari mereka dengan cara mengendap-endap, tapi tertahan ketika ujung tasnya ditarik cukup kuat. Badannya berbalik, menunjukkan wajah masamnya.

"Lo yang bocil disini," cibir Aludra mengejek Keenan. "Lagian ngapain sih duduk doang disini? Katanya mau ungkapin." Jujur ia sangat penasaran bagaimana mereka mengungkapkan semuanya.

"Lo gak denger kata Ace tadi? Seperti biasa." Keenan mengulang ucapan Ace.

Aludra menggertakkan giginya. "Gue mana tau artinya," jawabnya jujur.

"Duduk dulu sini."

Ace menepuk kursi di sebelahnya, meminta Aludra untuk kembali duduk. Gadis itu menurutinya walaupun sedikit menggerutu karena tidak kunjung diberitahu.

"Hanya beberapa anggota yang menunjukkan diri, itu pun mereka harus menyamar. Sama kayak kita juga," jawab Ace.

Kini penampilan mereka sudah berubah. Sebenarnya hanya Ace yang berganti baju, sisanya hanya menutupi wajah menggunakan masker. Khusus untuk Aludra, penampilannya sedikit dirapikan supaya mendapatkan kesan anak teladan.

Mereka sudah duduk di tribune yang mengarah ke lapangan. Menampilkan beberapa anak ekstrakurikuler voli yang sedang bermain dengan panduan dari pelatih.

"Dan sekarang waktunya pertunjukan," beritahu Ace sambil membenarkan kacamata hitamnya.

Di lapangan, sudah terlihat Resha yang diekori oleh Kai sambil berlari. Pelatih voli mengumumkan untuk istirahat terlebih dahulu sebelum mulai kembali. Reza mengambil sebotol minum miliknya untuk diteguk.

"Kamu apain Aruna?"

Reza tersedak air minumnya sendiri ketika kakaknya tiba-tiba datang menanyakan itu. Berusaha mungkin ia meredakan rasa tersedaknya, menaruh kembali botol minum itu.

"Apaan sih Kak? Kenapa tiba-tiba bahas Kak Runa?" tanya Reza sewot. Menyadari ada seseorang di belakangnya, wajahnya berubah menjadi dingin. "Siapa lagi yang Kakak bawa? Bukannya udah aku larang untuk–"

"Kamu tidak ada hak untuk atur Kakak." Resha memotong kalimatnya, tidak setuju dengan perintah adiknya itu. "Jawab jujur. Kamu apakan Aruna?" tanyanya pelik.

Reza berdecak. "Aku gak paham sama pembicaraan Kakak. Aku tau Kakak sedih karena Kak Runa, tapi gak gini, Kak. Emang Kakak pernah liat aku sama Kak Runa? Saling sapa aja gak pernah," hardiknya.

"Lo yakin gak pernah saling sapa sama Runa?" Baru saja Reza ingin menyela, tapi Kai buru-buru menunjukkan video CCTV yang ia dapatkan dari Keenan. "Entah udah berapa kali kalian bertemu di sekolah, tanpa sepengetahuan Resha," jelasnya. Ia baru teringat sesuatu. "Kalo gak salah, Resha bilang kalo lo gak ada di rumah pada hari jumat dengan alasan kerpok. Tapi nyatanya malah berbuat begini." Lagi-lagi ia menunjukkan rekaman lainnya.

"Itu Kak Atha, bukan gue," jawab Reza cepat.

"Apa-apaan? Kok jadi bawa gue?"

Atha yang merasa namanya terpanggil pun ikut menghampiri mereka bertiga. Tidak tahu mereka sedang membahas apa.

"Emang Kak Atha yang culik Kak Runa." Reza masih gigih dalam pendiriannya.

"Daritadi gue gak bilang culik," timpal Kai.

"Apaan lo jadi nuduh gue? Gak ada sedikit pun di pikiran gue untuk culik anak orang. Tujuan lo nuduh gue apaan? Ada dendam lo ama gue?" tantang Atha.

Reza berdecih. "Pikir sendiri Kak. Udah tau banyak kesalahan, bisa-bisanya dilupain," remehnya.

Cassiopeia ✔️Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt