XI [Fleuve (1)]

8.5K 1.2K 9
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

Suara daun kering yang terinjak mengeluarkan suara khasnya setelah diinjak. Angin menabrakkan seseorang yang berlari cepat. Membutuhkan sepuluh menit dengan cara berlari untuk sampai di markasnya.

Ini sudah hampir sebulan setelah ia bergabung di Cassiopeia dan tidak jarang untuk berkumpul walaupun masih belum ada kasus yang masuk. Mereka berdua pun masih setia merahasiakan semua tentang dirinya, mungkin.

Dan sekarang ia telat datang ke markas karena guru terakhir yang mengajar selalu mengulur waktu, Aludra menjadi terlambat. Mereka sangat tidak suka dengan keterlambatan.

Pas sekali, ponselnya berdering cukup keras di area hutan. Larinya diperlambat, memberikan celah untuk dirinya bernafas sebelum mengangkat telepon dari Rio.

"Lo dimana, Aludra?"

"Sebentar la–"

"To ... long ...."

Gadis itu sedikit menjauhkan ponsel dari telinga, mencoba mendengarkannya lebih jelas. Ia masih belum bisa membedakan suara yang terdengar di telepon maupun di tempatnya. 

"To ... long ...."

Baiklah, ia sudah mendengarnya lebih jelas untuk menghampirinya. Sesuai arah suaranya, terdengar suara air yang dikepakkan. 

"Gue di sungai. Susul gue, cepetan," pintanya sebelum mematikan ponselnya.

Pikirannya berkecamuk, tidak bisa memikirkan apa-apa lagi saat berlari ke arah sungai. Entah apa yang dilakukan orang sampai bisa berada di sana. Tidak mungkin seperti Gavin 'kan yang melakukan penelitian di sana?

Sampainya Aludra di sana, terkejut melihat seseorang yang mencoba menyelamatkan dirinya dari derasnya arus sungai. Seorang perempuan yang penampilannya cukup berantakan dan memakai kain penutup mata. 

Tidak ada pilihan lain, ia harus membantunya menyelamatkannya. Walaupun kemampuan berenangnya tidak pernah ia pelajari, tapi ini sekedar membantunya ke daratan. Sepertinya tidak sulit, benar 'kan?

BYUR!

Seluruh tenaganya dikerahkan untuk meraih tangannya, memang jaraknya agak jauh dari tempat ia menemukannya. Setelah menggapainya, ia langsung menarik pergelangan tangannya untuk membawanya ke daratan. Ia terus mengayunkan tangan kirinya untuk bergerak ke arah daratan. Kepalanya sempat terantuk batu yang terbawa arus, tapi ia tetap mengayunkan lengannya untuk tiba di daratan.

Pada akhirnya mereka berdua sampai di pinggir sungai. Aludra lebih dulu menaikkan tubuh gadis itu ke daratan, setelah itu dirinya sendiri. Gadis itu sudah tidak sadarkan diri, ia tidak tahu bahwa dia pingsan atau sudah mati. Dibukanya penutup matanya dan membuangnya dengan asal. Segera ia memberinya pertolongan pertama dengan cara memompa dadanya. Aludra berusaha keras untuk memompa dadanya supaya gadis itu bangun.

"Plis lo bangun, gue gak mau sia-sia selamatin orang," harap Aludra.

"Uhuk ... uhuk ...." Gadis itu terbatuk sampai mengeluarkan air yang masuk ke dalam saluran pernafasannya.

Aludra menjauhkan dirinya dari gadis itu yang ingin mengubah posisinya menjadi duduk. Bernafas lega karena berhasil menyelamatkannya dari maut. 

"Lo gapapa kan?" tanya Aludra khawatir.

"Gapapa kok, terima kasih," ucap gadis itu tersenyum dengan bibir pucatnya itu. 

Aludra menyibakkan rambutnya yang basah, bersyukur jika gadis itu masih bisa ia tolong. Mungkin jika tidak ada yang mendengar suaranya, gadis itu hanya tinggal nama saja.

Cassiopeia ✔️Место, где живут истории. Откройте их для себя