LX

5.7K 897 13
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜

"Katanya lo gak ada waktu lagi untuk bahas ini sama kita."

Itu yang Leoni dengar dari Theo beberapa hari yang lalu. Melihat Elora yang kini duduk di meja makan bersama laptop kesayangannya yang selalu dibawa kemana-mana. Pada hari itu, Elora tidak jadi datang karena ada panggilan kerja dadakan.

"Pertunangan gue ditunda gara-gara lo ngasih kerjaan. Lagian lo demen banget nyusahin gue di saat gue lagi sibuk," desis Elora merasa geram dengannya.

"Daripada gue recokin acara pertunangan lo." Leoni mengedikkan bahunya, seolah tidak merasa bersalah.

"Theo kemana? Gak biasa gak nempel terus bareng lo." Sejak kedatangan Elora, ia sama sekali tidak melihat Theo dimanapun.

"Bentar lagi juga tiba-tiba muncul. Gak bisa dia tuh kalo gak jauh-jauh dari gue."

"Sombong banget nih manusia satu. Awas tiba-tiba tuh anak belok ke cewek lain," peringati Elora menakutinya.

Leoni menepuk bahunya. "Harusnya lo yang hati-hati, 'kan lo yang mau tunangan." Senyumannya itu menandakan bahwa Leoni paling tidak suka jika dibercandai seperti itu. Tangannya mengambil alih laptop milik Elora. "Lo yakin udah lengkap datanya? Untuk data angkatan sekarang gimana?" tanyanya.

"Udah gue curi dari markas." Elora mengancungkan kedua jempolnya, misinya berhasil untuk mengambil data di komputer markas.

"Abis lo sama Keenan kalo ketauan nyuri data. Lagaknya udah kayak maling professional. Ntar kalo ketauan, ngadunya ke gue," cibir Leoni mengikuti gaya rengekan Elora.

Elora terkekeh. "Setidaknya dia nanti bakal tau kenapa kita ambil datanya," kilahnya. "Gue udah baca berulang kali tuh data, gak ada sama sekali yang namanya Ian. Kalo pun nama panggilan, tetep gak ada," beritahunya serius.

"Kalian inget gak sih? Sekolah kita pernah ada tawuran. SMA Venus dan SMA Arlas. Sekolah yang pernah jadi sasaran empuk bagi kita karena pernah nuduh mereka culik Farrel."

"ASTAGA THEO." Elora berjingkrak kaget ketika melihat Theo yang tiba-tiba muncul dari balik meja.

Leoni sudah kebal dengan keberadaannya yang tiba-tiba seperti itu. "Kan udah gue bilang. Nih anak emang suka muncul dimana aja. Lo harus siapin jantung sih kalo mau ketemu gue," peringatinya.

"Lo dateng darimana?" Elora melihat bawah meja, tidak ada apapun disana. "Lo jadi pesulap atau gimana? Tiba-tiba ada gitu?" tanyanya heran.

"Lo liat pintu itu?" Theo menunjukkan pintu belakang di dalam dapur. "Gue lewat sana. Ngendap-ngendap kesini. Gue mau jadi pengacara, bukan jadi pesulap," ralatnya. "Fokus lagi ke diskusi kalian itu," suruhnya.

"Kalo itu mereka, mereka tau darimana Cassiopeia? Gue sama Pak Carlos udah tutupin semuanya tentang kita yang nemuin Farrel. Jadi gak mungkin nama Cassiopeia kedengeran ke sekolah lain. Sekolah kita aja gak pernah denger sama sekali," tukas Leoni.

"Markas pertama kita. Lo gak aneh tiba-tiba markas pertama kita ditutup gitu aja karena adanya pembuangan limbah? Jelas-jelas kita udah pastiin kalo tempat itu aman dan gak ada pabrik yang berjalan," curiga Theo.

"Betul." Elora setuju. "Gue pernah denger kalo anak dari pemilik pabrik itu pernah sekolah di SMA Arlas," ucapnya semangat.

"Lo tau namanya siapa? Seangkatan sama kita?"

Elora menggeleng. "Gue cuma tau itu doang," kekehnya.

"Petunjuk kita sedikit dan kita gak bakal tau kapan dia ngelakuin sesuatu ke tim kita." Leoni meletakkan kedua telunjuknya di masing-masing keningnya, mencoba berpikir sesuatu.

Cassiopeia ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang