II

13.5K 1.5K 12
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

Siapa yang bisa menebak bahwa tujuan Aludra akan kemari setelah menghadapi orang aneh di kantin tadi.

Sebenarnya ia habis mencuci tangan yang penuh darah bekas ulahnya sendiri. Ia selalu menahan emosinya dengan menyakiti dirinya sendiri. Walaupun sedikit di luar kendali ia menamparnya di sana.

Makan pun sudah tidak mood, tujuannya sekarang adalah mencari udara segar. Disinilah ia sekarang, rooftop sekolah yang kelihatannya tidak pernah dikunjungi seseorang. Semakin ia menaiki tangga, itu akan berakhir di sini. Rooftop yang hanya memiliki barang-barang bekas yang sudah terpakai dan terbengkalai begitu saja.

Tujuannya tercapai untuk menghirup udara segar. Angin bertiup ikut menerbangkan beberapa anak rambut yang tidak bisa terikat. Pemandangan kota juga terlihat dari atas sana, betapa macetnya di siang hari. Walaupun begitu, masih banyak pemandangan yang alami. Pepohonan rimbun yang mengelilingi sungai tepat berada di dekat sekolahnya.

"Pemandangannya bagus ya?"

Mendengar suaranya membuatnya sedikit merinding dan terkejut. Padahal sudah ia pastikan tidak ada orang di sini dan tidak terdengar suara decit pintu yang khas. Suaranya itu berasal dari belakangnya yang membuatnya berbalik untuk memastikan itu manusia atau bukan.

Ia bernafas lega ketika melihat itu adalah manusia. Seorang laki-laki yang terlihat tinggi darinya menatap Aludra dengan mata cokelatnya itu. Tangannya berusaha menahan rambutnya supaya tidak berantakan. Posisinya berubah menjadi duduk saat Aludra berbalik.

"Maaf buat lo kaget. Tapi gue lebih kaget sih ada orang yang kesini," ucapnya tidak enak dengan mengusap leher belakangnya.

Aludra mengerutkan kening heran. "Kaget kenapa?" Lagi-lagi rasa penasarannya terkalahkan oleh ego. Saking penasarannya, ia mencoba mendekatkan dirinya untuk mendengarnya lebih jelas.

Buku yang awalnya dipegangnya itu dilepaskan di atas sofa reyot yang iaduduki.  "Lo gak tahu cerita tentang rooftop ini?" tanyanya.

Aludra menggeleng. "Mana gue tahu, gue anak baru." Belum juga sehari ia berada di sini, mana mungkin ia sudah tahu semua halyang ada di sekolahnya.

Lelaki itu menatapnya dengan intens dari atas ke bawah lalu ke ataslagi.  "Ah ... pantesan gue gak pernah liat lo sebelumnya."

"Lanjutin cerita lo tentang cerita di rooftop ini," desaknya yang semakin diburu oleh rasa penasaran.

"Dulu ada cerita kalau ada hantu yang berkeliaran disini. Hantu yang menyeramkan."

"Terus?"

"Gak tahu sih, soalnya gue ngarang," jawab lelaki itu terkekeh.

Aludra spontan menjitak kepalanya dengan tangannya sendiri. Padahal ia sudah dibuat penasaran tentang cerita itu, tetapi bisa-bisanya cowok ini membuatnya kesal.

Lelaki itu meringis kesakitan, "Kok gue dijitak sih? Beneran tau. Gue yang buat cerita itu ke sebar di sekolah biar gak ada yang ke rooftop. Rooftop tempat kesukaan gue dan gak ada seorang pun yang boleh ganggu," jelasnya.

Aludra mendengkus. Rasa kesalnya berubah ketika ia teringat sesuatu. "Lo gak merasa terganggu sama penampilan gue?" tanyanya. Hal sesederhana itu bisa mengganggu hatinya jika tidak ditanyakan.

Lelaki itu menggeleng. "Engga. Kalo dilihat, emang agak aneh bagi gue. Tapi itu hak lo buat berpakaian. Ngapain gue komentarin," jawabnya santai.

Aludra termangut. Ucapan yang cukup masuk akal untuknya. Padahal hanya menanyakan orang asing mengenai penampilannya, tapi sedikit membuat hatinya tenang.

Cassiopeia ✔️Where stories live. Discover now