LIV [Founder (1)]

5.8K 900 11
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

Dengan perasaan gusarnya, Ace menyisir lorong sekolah yang sudah kosong karena hari libur. Pikirannya dipenuhi perkataan Alden beberapa hari yang lalu. 

Sekalinya lo tau, lo dalam bahaya.

Jika itu terjadi padanya, ia tidak akan masalah. Tapi jika ini terjadi kepada ayahnya, Ace tidak bisa tinggal diam. Inilah tujuannya ia datang ke sekolah, mencari ayahnya. Terakhir ia dengar kabarnya bahwa ayahnya akan lembur. Masih bisa ia maklumi.

Tapi sekarang sudah keesokan harinya, sore pula. Ayahnya masih belum juga pulang.

Bahkan beberapa pekerja di rumahnya masih belum mendapat kabar dari ayahnya. Itulah yang membuatnya khawatir dan memikirkan kembali apa yang dikatakan Alden. Sungguh, ia masih belum mendapat petunjuk apa pun mengenai Ian.

Saat ia membuka pintu kantornya, hanya disambut oleh angin yang digabungkan dengan keheningan. Tidak ada seorang pun yang berada di dalam sana, semuanya bersih. Semua barang terletak pada tempatnya.

Tidak mungkin ayahnya sudah pulang, harusnya mereka dapat berpapasan. Tangannya mengetikkan sesuatu di layar ponselnya lalu menutup kembali kantor ayahnya. Berjalan sedikit menuju ruangan di sebelahnya yang tidak terlalu jauh jaraknya.

Tok ... tok ....

"Masuk."

Seperti dugaannya, wakil kepala sekolah sedang berada di sekolah juga. Ace pun masuk ke dalamnya. Terdapat seorang wanita yang sedang duduk anggun di kursi kerjanya. Di depan mejanya, terdapat plang namanya yang tertulis 'Ceraya Medina M.Pd.'

Ace sedikit menundukkan badannya untuk menyapa Bu Cera. Bu Cera mendongakkan kepalanya dan melihat Ace disana.

"Ada apa, Ace?" tanya Bu Cera.

"Apakah Ibu melihat ayah saya?" Bu Cera sudah mengetahui bahwa Ace adalah anak dari Carlos.

Bu Cera mengingatnya kembali. "Terakhir kali saya bertemu beliau kemarin saat malam hari," jawabnya.

"Hari ini, Ibu gak bertemu dengannya?"

Bu Cera menggeleng. "Saya tidak bertemu dengan beliau hari ini. Saya sempat ke ruangan kepala sekolah hari ini, tetapi keadaannya kosong," jawabnya.

Raut wajah Ace semakin cemas mendengar pernyataan dari Bu Cera. Kemana ayahnya pergi? Mengapa ia tidak memberitahunya sama sekali? Pertanyaan itu berulang kali berputar dalam pikirannya.

Ace tersenyum tipis. "Baik Bu, terima kasih," ucapnya.

Ia hendak pergi dari ruangannya, tapi menghentikan langkahnya kembali ketika Bu Cera memanggilnya.

"Sebentar," cegah Bu Cera.

Ace pun berbalik kembali menghadap Bu Cera. "Ada apa, Bu?" tanyanya.

Bu Cera bangkit dari duduknya dan menghampiri Ace. Ia memberikan secarik kertas kepada Ace. "Ayahmu memberikan ini kepada saya tadi malam," ucapnya.

Ace menerima kertas itu dan berterima kasih kembali kepada Bu Cera sebelum ia benar-benar pergi dari ruangannya. Ia memperhatikan kertas itu dengan teliti. Tulisan di kertas itu sama sekali tidak ia mengerti.

Berikan ini kepada anak saya jika ia mencari saya

Hanya itu saja. Cuma tulisan itu yang ada di kertas tersebut, tidak ada tulisan lainnya. Apa mungkin ada kertas lain di ruangan Cera? Atau di ruangan ayahnya?

Cassiopeia ✔️Where stories live. Discover now