XXX [NISN (2)]

6.3K 940 1
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

"Lo udah nemu apa?" tanya Rio.

"Nothing." Keenan mempercepat durasinya supaya tidak memakan waktu.

Mereka bertiga berencana ada di markas, sedangkan Kai dan Aludra menunggu aba-aba dari mereka. Mereka berencana untuk melihat CCTV, ingin tahu siapa yang masuk ke ruang ujian pada malam hari. Waktu yang cukup ideal untuk beraksi. 

"Sebentar, berhenti disana." Ace seperti melihat bayangan seseorang dari jendela yang menghadap lorong.

Pada jam satu lewat tiga menit, Keenan memperlambat durasinya untuk melihat bayangan itu dengan jelas. Ada seseorang yang celingak-celinguk memperhatikan sekitar, seperti memastikan bahwa tidak ada seseorang yang melihat.

Orang itu masuk ke dalam ruang ujian dengan pakaian serba hitam. Dengan gesit, ia memasukkan sesuatu ke dalam komputer tersebut dan berpindah ke komputer lainnya tanpa ragu. 

Keenan memperbesar layarnya untuk melihat dengan jelas, apa yang telah dimasukkan oleh orang itu. Ia memicingkan matanya dan melihat benda tersebut.

"Microchip. Ada di belakang komputer," lanjutnya.

Ace menghubungkan earpods miliknya untuk menghubungi Kai. 

"Apa?"

"Microchip, di belakang komputer. Pastikan komputer udah mati semua supaya kalian gak kesetrum," ucap Ace.

"Oke."



***



Aludra melihat Kai yang sedang memainkan ponselnya sambil tersenyum berseri-seri. Pemandangan yang tidak asing baginya karena serupa dengan Dara.

"Kenapa lo senyum-senyum?" tanya Aludra penasaran.

Kai langsung mematikan layar ponselnya dan menaruhnya di dalam saku bajunya. "Akhirnya Resha terima ajakan jalan dari gue," ucapnya senang.

Aludra mengerutkan keningnya. "Resha?" tanyanya memastikan.

Kai mengangguk.

"Jadi lo selama ini absen ke markas karena lagi pendekatan sama Kak Resha? Oh ... gitu ya, gak bilang sama adiknya sendiri." Aludra mendengkus, sedikit menjauh dari Kai.

Kai mengerjapkan matanya. "Berarti lo beneran nih bisa gue anggap adik?" Mendapat lirikan tajam dari Aludra cukup menjawab pertanyaannya. "Ya Tuhan, makasih udah kasih gue adek," ucapnya bersyukur.

"Gak usah lebay gitu. Lama-lama gue usir."

"Ini mobil gue."

Benar juga, Aludra lupa hal itu. 

Drtt ... drrtt ....

Kai merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya. Telepon yang sudah ia tunggu sejak tadi akhirnya datang juga. Ia segera mengangkatnya.

"Apa?"

"Microchip, di belakang komputer. Pastikan komputer sudah mati semua supaya kalian gak kesetrum,"

"Oke."

Kai mematikan saluran telepon itu secara sepihak. Ia yakin bahwa Aludra sudah mendengarnya karena ia menyalakan pengeras suaranya.

Cassiopeia ✔️Where stories live. Discover now