LIII

5.8K 887 7
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

"Lo yakin bisa sendiri?"

Ace mengangguk. "Lo udah kayak nganter anak TK tau gak?" jengkelnya.

Padahal ia ingin diam-diam datang ke lapas untuk menemui Alden, tapi rencananya ketahuan oleh Keenan. Tiba-tiba saja anak ini muncul di depan rumahnya sambil membawa laptop yang ia percaya bahwa Keenan akan bermain game di rumahnya seharian.

"Ya gue lebih takut Alden kenapa-kenapa kalo ketemu lo." Bagi Keenan, Ace sangat mengerikan setelah kejadian yang menyangkut dirinya.

"Sebenernya temen lo siapa? Gue atau Alden?"

Keenan menunjukkan laptopnya. "Dia. Untuk kali ini, gue gak anggap lo temen," kukuhnya sambil memeluk laptopnya ketika Ace ingin melakukan sesuatu kepadanya.

"Terus lo ngapain ngikut gue?"

"Kan udah gue bilang. Gue takut aja Alden kenapa-kenapa. Makanya gue ngikut."

Ace mendengkus. Namanya pun dipanggil untuk menemui Alden yang ternyata mengizinkannya untuk bertemu. Membiarkan Keenan sendirian di ruang tunggu, toh hanya dia yang punya urusan dengannya.

Sebenarnya ia punya segudang pertanyaan mengenai rencana Dayana dan orang yang selalu disebut oleh mereka berdua. Nama yang sepertinya punya kuasa di antara mereka.

Kini di depannya sudah ada seorang laki-laki yang berumur 25 tahun berpakaian khas para tahanan. Matanya sayu dan dingin, rambutnya pun berantakan seperti tidak pernah diurus olehnya. Mereka berdua dipisahkan oleh sekat kaca yang memilih lubang untuk berkomunikasi.

"Kenapa lo selamatin gue?"

Kata-kata yang mencelos dari mulut Alden untuk pertama kalinya ia dengar. Membuat Ace mendongakkan kepalanya.

"Harusnya gue yang nanya. Kenapa lo tega bunuh Dayana?" tanya Ace yang tidak kalah dinginnya dengan ujaran Alden.

Alden terkekeh kecil. "Lo gak akan paham sama silsilah keluarga gue yang gak jelas ini. Bahkan gue udah muak sama keluarga ini," tukasnya.

"Itu tujuan gue kesini. Mau tau semua apa yang terjadi sama keluarga lo sampai lo tega bunuh Dayana."

Sorot mata Alden tajam menatapnya. "Sekalinya lo tau, lo dalam bahaya. Mau? Gue gak masalah kalo lo denger cerita gue. Hati-hati aja sama dia," peringatinya.

"Dia yang lo sebut sama Dayana itu siapa? Gue mau tau. Banyak pertanyaan yang mau gue tanya ke lo. Jadi jangan buang-buang waktu gue." Toh sejak awal Ace masuk tim pun, keadaannya memang sudah bahaya.

"Gue punya tiga sepupu." Alden mengawali ceritanya. "Dayana sepupu tiri gue. Tante gue nikah sama bokapnya Dayana. Bokap gue anak pertama, tante gue anak ketiga. Sepupu gue yang satu lagi itu namanya Ian. Bokapnya anak kedua."

Rasanya Ace tidak pernah mendengar nama Ian selama hidupnya.

"Keluarga gue mulai berantakan saat Ian bunuh orang. Gue gak tau detailnya gimana, tapi dia masih di penjara sekarang. Dari sana juga, gue baru tau kalo kakek gue juga pembunuh." Alden tertawa miris.

Mendengar ceritanya seperti Ace sedang berhadapan dengan seorang pembunuh.

"Ternyata gue mewarisi bibit-bibit pembunuh dari kakek gue." Ia terdiam sejenak. "Semua pembunuh itu punya alasannya sendiri walaupun terdengar gak masuk akal. Kayak gue. Karena keluarga gue berantakan, gue butuh kesenangan."

Cassiopeia ✔️Where stories live. Discover now