XXIX [NISN (1)]

6.6K 952 6
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

Kai merangkul bahu Ace dengan wajah yang semangat. Ace tidak mengerti dengan sifatnya yang seperti itu. Hari ini adalah hari ketiga untuk simulasi UN yang kedua. 

"Lo kok bisa semangat gitu sih?" tanya Ace bingung. Baginya itu sangat tidak wajar. Murid lainnya pun sama seperti dirinya, menunjukkan wajah lelah.

Kai nyengir kuda. "Gue pasrah aja, capek gue belajar terus. Lagian ini masih simulasi, gue gak terlalu peduli," jawabnya santai. 

Ace menggelengkan kepalanya, tak habis pikir dengan jalan pikiran Kai, "By the way, how is your relationship with her progressing?" tanyanya mengalihkan pertanyaan. Akhir-akhir ini, Kai sering absen saat berkumpul di markas yang ternyata sedang berusaha mendekati Resha.

"It didn't go well. Kadang susah, kadang gampang. Susah pahaminnya," jawab Kai.

Ace tertawa kecil. "Itu karma buat lo karena selalu godain cewek," celetuknya.

"Mana ada gue godain cewek? Kebanyakan tujuan gue deketin cewek 'kan karena lo suruh deketin tersangka," ucap Kai tajam dengan menekankan kata 'tersangka'. 

Ace tidak menggubris ucapannya. Mereka berjalan bersama menuju ruang ujian. Mereka tidak akan dicurigai karena sifat Ace yang pandai mendekati seseorang – akan berbeda jika ia berada dekat dengan Aludra.  Kebetulan saja mereka ditempatkan dalam satu ruang ujian karena sistem yang mengatur berdasarkan peringkat.

Mereka sampai di ruang ujian. Tertempel kertas putih berisi tulisan dan tabel di jendela. Tertera pula nama Ace Darwinasa dan Kaiden Maxena di ruang ujian empat. Mereka duduk di kursi masing-masing. 

Teng ... teng ... teng ....

Bel masuk berbunyi. Ace mematikan ponselnya dan meletakkannya di atas meja. Biasanya ada seseorang yang berkeliling untuk mengumpulkan ponsel mereka. Guru pengawas masuk sambil membawa berkas yang terkumpul di dalam map cokelat. Ace mengenalnya sebagai Pak Wira.

"Baiklah, mari kita mulai ujiannya. Sebelum itu," potong Pak Wira. Pandangannya mengedar di penjuru isi ruangan tersebut dan terhenti di Ace. "Ace, kamu kumpulkan ponsel mereka. Sambil ponsel kalian terkumpul, akan saya absen terlebih dahulu," ucapnya.

Ace beranjak dari duduknya menuju bagian loker yang berada di belakang ruang ujian. Ada sebuah keranjang kecil yang biasanya tempat pengumpulan ponsel. Ia mengambilnya dan berjalan satu-satu ke setiap meja.

"Ace Darwin ...."

Saat Ace ingin mengangkat tangan untuk diabsen, Pak Wira menghentikan perkataannya dan melanjutkan absen berikutnya. 

Karena dirasa sudah mengumpulkan semua, Ace menaruh keranjang tersebut di atas meja guru. Ia kembali ke tempat duduknya, menyalakan komputer di hadapannya, dan mulai mengerjakan soal itu. 

Sudah dua jam berlalu, menyisakan waktu tiga menit lagi untuk mengakhiri ujian tersebut. Biasanya setelah mengerjakan soal, nilai mereka akan langsung keluar. Kecuali pemeringkatan, itu akan tertera di majalah dinding saat hari Jumat. 

"Waktu kalian sudah habis. Silahkan submit jawaban kalian," suruh Pak Wira.

Yang tergambarkan dari raut wajah Ace adalah bingung ketika mensubmit jawabannya. Disambut ricuh di antara beberapa anak ketika melihat nilainya. 

"0," gumam Ace tidak percaya. 

Seingatnya soal yang dikerjakannya itu sudah ia pelajari sebelumnya dan benar. Kenapa harus angka ini yang keluar?

Cassiopeia ✔️Where stories live. Discover now