LXIV

5.9K 861 6
                                    

ఇ ◝‿◜ ఇ

Happy Reading

ఇ ◝‿◜ ఇ

"Saya Carlos Wijaya Darwinasa selaku kepala sekolah SMA Arcthurus meminta maaf atas kejadian yang menimpa murid beberapa hari lalu."

Berdiri di atas podium sambil meminta maaf di depan media maupun orang tua murid bukan lagi hal baru bagi Pak Carlos. Sudah sepatutnya ia memberikan kejelasan kejadian itu agar tidak terjadi kesalahpahaman.

"Dan saya Dayana Winasari selaku perwakilan dari pihak keluarga Irvandian meminta maaf atas perbuatan keluarga saya yang membawa dampak buruk ke SMA Arcthurus."

Tidak sendirian, Pak Carlos ditemani oleh Dayana yang memaksa untuk ikut meminta maaf di depan mereka. Sudah jelas Dayana tidak salah, tapi Dayana masih ikut serta dalam rencananya Arlo.

Setelah kejadian itu, petisi mengenai Cassiopeia pun bertebaran. Banyak yang menganggap Cassiopeia adalah sebuah ancaman yang harus segera diratakan. Pak Carlos tetap tidak menggubrisnya, toh selama ini bukan salah timnya yang menyebabkan semua ini.

Setelah acara permintaan maaf itu pun selesai, Dayana berpamitan kepada Pak Carlos untuk pulang. Bertemu dengan orang tuanya yang ternyata diam-diam bercerai. Tidak masalah baginya, ia sudah lelah dengan keluarga itu. Lebih baik memisahkan diri.

"Aw."

Saat Dayana berjalan, tiba-tiba tangannya ditarik dari samping. Diajak untuk menuruni beberapa tangga.

"Lo ngapain sih, Aludra?" tanya Dayana kesal.

"Mereka udah tungguin lo. Hati-hati jalannya, gue gak mau bunuh orang lagi," sarkas Aludra.

Dayana mendengkus, merelakan tangannya ditarik oleh gadis itu. Mereka yang dimaksud pasti teman-temannya yang ingin meminta kejelasan dirinya mengapa bisa hidup sampai sekarang. Ia hanya butuh waktu untuk menjelaskan semuanya.

Dan inilah tempat yang dipilih mereka, ruang kepala sekolah. Rasanya mereka tidak pernah punya tempat lain untuk berkumpul selain ruang kepala sekolah.

"Lama banget lo," cibir Rio.

"Gue minta maaf disana, makanya lama. Kalo cepet, gue minta sembako anak piatu," sarkas Dayana yang merebahkan dirinya di atas sofa.

"Bisa gak bercandanya gak usah bawa orang tua?" Ace menatapnya sinis.

"Iya maaf." Dayana menyilangkan satu kakinya di atas kaki lainnya, menumpu dagunya menggunakan tangan. "Kalian mau denger apa dari gue? Penasaran banget emangnya sama hidup gue?" tanyanya sombong.

"Kayaknya gak usah ditanya gak sih? Sebel banget gue denger suaranya." Sejak awal Aludra bertemu dengan Dayana, memang anak itu sudah membuatnya kesal.

"Bener. Gara-gara dia juga gagal pendekatan sama Resha," tambah Kai.

"Ya elah, itu udah lama banget. Lagian sekarang juga udah jadian ama tuh anak, gak usah nyalahin gue," kilah Dayana. Ia menunjuk Aludra dengan jarinya. "Dan lo. Gue juga gak suka sama lo, jadi kita harus musuhan terus," pintanya.

Sebagai tanda permusuhannya, Aludra dan Dayana mengepalkan tangannya dan di tos kan seperti menyusun perjanjian.

"Gue masih mau denger cerita lo. Yang bikin air mata gue jadi kekurangan," sindir Ace. Itu tujuannya berada disana.

"Boong amat anjir. Yang nangis di pemakaman sampe pingsan itu siapa ya?" Keenan berusaha mengingatkan Ace kejadian itu.

Ace memukul bahunya. "Yang itu jangan dibahas. Udah gue mau denger cerita Dayana." Ia sudah pasang telinga untuk mendengar ceritanya.

Cassiopeia ✔️Where stories live. Discover now