❄𝓟𝓪𝓻𝓽 48

4.5K 624 28
                                    

𝕾𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝕸𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆
____________o0o_____________




Zoia menghembuskan napas gusar. Gadis itu mencoba menenangkan diri sebentar di ambang pintu apartemen sambil menatap ruangan yang selama ini telah menjadi latar kisahnya bersama sang suami setiap harinya. Setelah merasa sedikit baikan, gadis itu segera menutup pintu dengan pelan.

Ini sudah tanggal 16 dan besok adalah..... Tanggal lahirnya.

Zoia berjalan untuk menemui Sacha yang sudah menunggu di depan gedung apartemen. Gadis itu langsung menaiki motor yang akan membawanya ke tempat persembunyian terbaik.

Sacha menatap sekilas ke arah spion lebih tepatnya ke arah Zoia yang menyibukan diri untuk melihat-lihat jalanan yang mereka lewati. Angin malam tanpa menyeruak masuk ke sela-sela lubang pori-pori kulit mereka dan mengantarkan rasa dingin menusuk.

"Suami lo belum pulang lagi?", tanya Sacha.

Zoia menggeleng.
"Tuan Evens bilang kalo Libra lagi bersama beliau di luar kota untuk membantunya mengecek lokasi pabrik pesawat yang sedang dalam tahap perancangan", ujar gadis itu.

"Ohhh", jawab Sacha seadanya.

Zoia tahu. Ia tahu kalau Sacha sebenarnya tahu. Gadis itu kan ikut serta dalam rencana menghancurkan keluarga Thyreese yang sudah melakukan sesuatu yang kotor di masa lalu dan akan melakukannya juga di masa depan.

Tapi Zoia harus pura-pura tidak tahu. Ini adalah urusan mereka. Ia tidak masalah dengan itu. Karena dengan Libra tak kunjung kembali, ia jadi merasa sedikit lega. Setidaknya ada peluang suaminya tidak akan kenapa-napa besok.

Sacha menyipitkan mata. Ia kembali memastikan jika matanya tak salah lihat.

"Shit! Kita diikutin", umpat Sacha antara kesal dan khawatir karena ia tak kepikiran jika akan ada saja yang akan menghalangi mereka.

Zoia menoleh ke belakang. Matanya membulat melihat beberapa mobil dan motor mengikuti mereka dari belakang.
"Gimana ini?", tanyanya gusar. Tolong, ini bukan saatnya untuk berada di posisi ini. Sekarang sudah jam 21.02 malam dan jam 00.00 nanti kutukannya akan aktif. Mereka tak punya waktu untuk menghadapi orang-orang di belakang mereka.

"Pegangan!", teriak Sacha.

Gadis itu langsung menancap gas dengan kecepatan tinggi hingga speedometer berputar drastis, menandakan jika Sacha tak main-main dengan pacuan motor yang ia kendarai.

Dor!

Sacha melotot saat motor mereka bergerak liar saat ban belakang di tembak oleh mereka. Dengan tak terkendali dan tak sempat menghindar, roda dua itu menabrak gerbang tol dengan kuat.

Tubuh Sacha maupun Zoia terlempar dengan parah ke aspal dingin. Darah berserahkan dimana-mana. Zoia tak bisa menggerakkan tubuhnya. Matanya hanya bisa menatap lirih tubuh Sacha yang tampak kaku dengan tubuh bersimpah darah. Semoga saja gadis itu masih hidup. Zoia terbatuk dengan beberapa teguk darah.

Sebelum matanya tertutup, ia samar-samar melihat Brayn tersenyum puas dan menyuruh anak buahnya mengangkat dirinya dan Sacha. Lelaki itu, dia ternyata dalang dari semua ini.

***

Aruna mengelus rahang lelaki yang masih betah menutup mata. Wanita itu tersenyum manis saat merasakan kemenangan sudah ia pegang utuh. Ia akan memiliki lelaki itu selamanya. Setelah bertahun-tahun dirinya selalu tak bisa mendapatkan lelaki yang ia inginkan. Akhirnya, akhirnya semuanya selesai. Biarkan saja ia tak bisa menggapai Stevin dulunya. Sekarang ia bisa memiliki anaknya.

Snow White's an Extra [END]Where stories live. Discover now