❄𝓟𝓪𝓻𝓽 45

4.5K 579 18
                                    

𝕾𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝕸𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆
____________o0o_____________





Aruna menatap datar kegiatan putrinya yang sedang mengelus perutnya yang mulai membuncit ke depan. Wanita itu terus memperhatikan setiap pergerakan Tamiya di halaman samping rumah mewah mereka, melalui jendela kaca yang menyorot keluar.

Aruna, ia meletakan gelas kecil berhak itu di atas meja. Tubuhnya sedang bersantai di mini bar untuk menikmati pemandangan sore hari dengan beberapa gelas minuman beralkohol. Sejak kematian suaminya, wanita itu menguasai seluruh aset yang ditinggalkan pria itu tanpa pamit.

"Nyonya"

Aruna memutar kursinya. Sesosok tegap yang dulunya menjadi asisten pribadi sang suami kini berpindah mengabdi padanya.
"Bagaimana?", tanya wanita itu sambil membelai botol anggur fermentasi itu dengan pelan.

Bernard, pria berumur 28 tahun itu membungkuk dengan penuh hormat. Sikapnya yang demikian memperlihatkan bagaimana profesionalnya dirinya saat bekerja.
"Semua harta benda almarhum Tuan Tyreese sudah berpindah nama atas nama Anda sesuai apa yang Anda inginkan", ujarnya.

Aruna tersenyum tipis lalu melirik kembali ke arah luar.
"Tamiya tidak tahu kan?", tanyanya.

"Tidak Nyonya, Nona Muda tidak tahu apa-apa tentang semua ini. Bahkan Nona tidak tahu menahu jika sebelumnya harta milik Tuan Tyreese atas namanya", jawab Bernard.

"Bagus", ujar Aruna. Dengan anggunnya wanita itu menungkan wine ke dalam gelas baru, dan menyodorkannya pada sang asisten.

"Duduklah dan nikmati ini bersamaku. Kamu telah berhasil membuatku senang hari ini", celetuk Aruna mengarahkan matanya pada kursi kosong di sampingnya.

Dengan ragu Bernard duduk di samping sang majikan. Tangannya terulur menyambut gelas yang disodorkan Aruna. Mereka sama-sama menenggaknya berkali-kali hingga tanpa diduga sang Nyonya mendaratkan tangannya untuk mengelus paha berbalut celana kain panjang itu.

Bernard menatap Aruna yang juga sedang menatapnya dengan bola mata memerah. Hingga persekian detik bibir keduanya bertemu. Dan dibalik suasana akan aura panas itu, sang asisten tersenyum miring.

"Kita lanjutkan di kamar", bisik Aruna di leher kokoh asistennya. Keduanya melangkah tergesa ke dalam kamar tamu yang paling dekat dengan mini bar tersebut.

Dan mereka sama sekali tak melihat mata nanar yang menatap aktivitas mereka secara langsung. Tamiya, gadis itu membengkap mulut dengan tubuh mematung di depan undakan tangga. Ia baru saja akan kembali ke dalam kamarnya namun naasnya ia malahan dihadangkan dengan perlakuan sang Ibu.

Ia menutup telinganya untuk menghalau suara menjijikan di ruang tamu. Gadis itu menunduk sambil menatap kedua kakinya beralaskan sandal bulu. Tamiya meremas ujung bajunya.

"Maaf Ma", lirihnya. Dan benar saja, gadis itu berlari ke belakang rumah. Ia menatap tombol yang melekat di dinding.

Clik

Saat ia menekannya. Aliran listrik yang ada di rumahnya langsung berhenti.
"Maaf Ma, Tami mulai ragu sama Mama", bisik gadis itu.

Tamiya kembali berlari namun kini lebih cepat dari sebelumnya. Gadis itu menaiki tangga terburu-buru takut rencana yang beberapa hari lalu ia tunda karena ragu akan terbongkar. Dengan matinya aliran listrik di rumah, CCTV akan mati dan ruangan yang selalu dilarang untuknya masuk bisa terbuka. Karena otomatis pin di pintunya tidak akan berfungsi lagi.

Snow White's an Extra [END]Where stories live. Discover now