❄𝓟𝓪𝓻𝓽 39

4.4K 594 11
                                    

𝕾𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝕸𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆
____________o0o_____________



Zoia merutuki dirinya dalam hati akan kecerobohannya akhir-akhir ini. Hanya karena rasa cemburu, ia hampir lupa dengan bagaimana dia sebenarnya. Bagaimana dia harus bersikap terlebih-lebih dalam menyingkapi orang-orang yang mencoba mengganggu rumah tangganya.

Ia akui ia bodoh mengatakan kebenaran bahwa mereka telah menikah kepada Tamiya malam itu. Ia merutuki kelakuannya yang gegabah hanya karena perasaan terbakar dan menyimpang dihatinya. Tidak, ia harus menjadi seperti dulu. Lakukan sesuatu dengan sangat tenang dan diam seperti air danau.

Tapi masalahnya sekarang? Apa Tamiya percaya dengan omongannya? Semoga saja tidak karena dia menganggap dirinya hanya sengaja dipanas-panaskan. Jikalau dia pun percaya, dia tak mungin membeberkarnya. Karena apa? Jika ia mengatakan sejujurnya maka ia tidak lagi mudah untuk merebut suaminya. Lalu apa kabar lagi jika sekolah ia menyatakan semuanya. Mungkin semua siswa menganggapnya gila.

Hari ini mereka akan menginap di sini. Liqa memaksa mereka dengan keukuh dengan alasan ingin menikmati masa-masa bersama Libra. Zoia terdiam menatap ke bawah dari balkom lantai dua. Di sana, tampak suaminya sedang meminum kopi dengan Stevin di teras rumah. Mama mertuanya? Wanita itu sedang..... Berada di belakangnya.

"Zoia, apa kamu mau temenin Bunda ke rumahnya Melia? Melia sedang demam tapi orang tuanya tidak pulang untuk malam ini", ujar Liqa sambil tersenyum manis.

Zoia mengangguk.
"Zoia mau Bun", ujarnya.


"Ayo"

Keduanya beriringan menuruni tangga.

"Sini biar Zoia bawa Bun", ujar gadis itu sambil mengambil alih sebuah kotak bekal yang tertutup rapat. Liqa memeluk lengan menantunya, membawanya keluar menuju teras rumah.

"Mau kemana Bun?", tanya Stevin.

"Ke Melia, kasian anak itu sendirian, mana lagi sakit", celetuk wanita itu.  Liqa beralih menatap Libra yang tampak santai dan tak peduli.

"Kamu mau ikut nggak sayang?", tanya Liqa.

Libra menggeleng setelah bersinggungan sedikit ke mata istrinya.
"Kalian aja Bun, lain kali Libra ke sana", selanya cepat.



"Yaudah, Bunda sama Zoia ke sana dulu yaaa", ujar Liqa membawa Zoia menuju rumah berlantai dua dan tampak mewah. Namun sebelum sampai ke sana, mereka harus menyeberang jalanan yang lenggang. Bersama-sama, keduanya menyeberang dengan selamat.

"Nak, maaf atas sikap Bunda yang main jodoh-jodihin suami kamu sama Melia. Bunda nggak tahu kalau Libra udah punya jodoh", sesal Liqa. Zoia mengangguk paham.

"Nggak apa-apa Bun, Zoia paham kok", ujar gadis itu menyebabkan rasa lega di hari ibu mertuanya.

Tok tok

Liqa mengetuk pintu. Terdengar suara dari dalam rumah. Dan saat dibuka, terlihat lah ART yang mengurus rumah yang sepi itu.
"Ibu Liqa ya?", ujar pasti wanita itu.

Liqa mengangguk sambil memeluk singkat ART yang sudah mengenalnya dari dulu.
"Iya Bi Heya, lama nggak ketemu Bibi makin cantik aja", celoteh Liqa. Mereka memang baru kembali setelah hampir lima tahun memilih menetap di Filipina untuk menemani suaminya yang bertugas mengontrol perusahaan teh mereka yang baru saja dibuka pabriknya di sana.

Snow White's an Extra [END]Where stories live. Discover now