❄𝓟𝓪𝓻𝓽 28

4.9K 695 19
                                    

𝕾𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝕸𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆
____________o0o_____________

Sekolah elit itu hari ini sedang dalam keadaan berkabung. Semua penghuni sekolah tengah dilanda duka atas kepergian salah satu dari mereka, Anneth Scarlett yang telah berpulang ke ke sisi-Nya.


Sekolah digemparkan pagi-pagi sekali saat menerima informasi yang menyatakan salah satu siswi di sana meninggal bersama ayahnya setelah meminum sianida. Dan yang paling terpukul saat ini adalah sosok yang menangis di bangku Anneth.

Tamiya sedari tadi tak bisa lagi berpikir jernih. Yang ia keluarkan adalah rasa sesak, sakit, kecewa, dan pedih mendapatkan fakta yang tidak pernah ia bayangkan akan menghantam pada teman akrabnya, Anneth.


Ketos itu menatap kelasnya yang tampak ikut berkabung. Tamiya kembali menangis dengan keras sambil menendang-nendang kaki meja. Ia bahkan kini melupakan dirinya yang anggun dan lemah lembut itu.

"Hiks kenapa lo pergi Anne? Nanti siapa yang bisa gue aja ngomong? Yang selalu belain gue? Yang selalu nemanin gue tiap hari? Hiks kenapa lo tega", lirihnya.

"Apa yang sebenarnya lo pendam sampe lo ambil tindakan ini? Hiks lo kenapa nggak cerita sama gue", tambahnya dengan napas tersendat-sendat.


Dan sosok albino yang diam di kursi paling sudut hanya bisa menatap punggung gemetar Tamiya dengan tatapan tak terbaca. Candice menyembunyikan tangannya yang dingin di balik saku roknya. Ia takut, ternyata apa yang ia duga semalam benar adanya.

Ia ingin membuka mulut dan jujur tentang apa yang ia saksikan waktu itu agar bisa membuka jalan. Namun ia takut mengambil tindakan sejauh ini. Ia takut mengatakan keadaan kacau Anneth sebelumnya dan tentang botol sianida itu. Candice tidak seberani itu, ia tidak siap untuk dituding sebagai salah satu dari pelaku bunuh dirinya gadis itu dan juga ayahnya. Dan Candice tidak ingin dirinya direpotkan. Maaf sekali Anneth, dirinya tidak punya nyali untuk itu.


Sementara Sacha tidak melakukan apa-apa sekarang. Gadis itu memilih membuka buku dan belajar. Bukankah ini waktu yang bagus untuk mencuri star disaat saingannya sedang tak punya semangat belajar. Bukan Sacha senang akan kepergian Anneth, tapi ia hanya lah gadis yang sedang egois agar bisa menjadi yang terbaik mengalahkan Tamiya.

***




Rooftop, keempat lelaki itu mengucilkan diri di atas gedung hanya untuk mengfreshkan paru-paru mereka dari pelajaran. Ya walaupun mereka tidak belajar sama sekali.

Udara di sana lumayan kencang mambuat mau tak mau rambut mereka ikut bergerak menikmati kemana hembusan angin membawa mereka melambai-lambai.


Tidak ada yang mereka lakukan di sana, hanya sekedar tiduran di kardus-kardus yang telah mereka jadikan tikar. Matahari yang tak terlalu terik membuat keadaan semakin nyaman.


"Camping yok"

Suara Nate memecahkan keheningan di antara mereka yang sedang memejamkan mata.

"Asal lo yang biayain tapi", sahut Lintang sambil menguap lebar-lebar.

"Gue nggak bakal ajak lo pada kalo bukan gue yang biayain, emang sejak kapan lo bertiga mau ngeluarin duit kalo mau ada acara kek gini. Percuma sultan sih tapi pelit", sinis Nate.

"Gue yang biayain"

Itu suara Nuel yang masih terpejam. Lintang membulatkan mulut, ia merubah posisi yang tadi rebahan kini duduk.
"Seriusan lo?", tanyanya memastikan.

"Hm, campingnya di samping rumah lo aja Lin, nanti yang biayain gue", celetuk Nuel.


Senyum Nate maupun Nuel langsung terbit. Tumben sekali lelaki itu berkoban untuk mereka, biasanya kan selalu jadi kambing congek. Untuk kenapa Nuel camping di samping rumah Lintang, karena rumah lelaki itu yang paling jauh sedikit dari keramaian. Tak perlu mencari-cari latar alam bebas, karena samping rumah Lintang langsung bertetanggaan dengan air terjun yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.


Snow White's an Extra [END]Where stories live. Discover now