❄𝓟𝓪𝓻𝓽 14

5.1K 750 10
                                    

𝕾𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝕸𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆
____________o0o_____________


Tamiya tersenyum hangat dan menerima dengan mata penuh binar ice cream pemberian Anneth. Kebetulan sekali saat jam olahraga ini ada penjual ice cream keliling yang sudah minta izin untuk mampir ke parkiran sekolah. Dan kehadirannya itu membawa untung, karena seluruh teman kelas Tamiya memborong dagangannya hingga ludes tak tersisa.

Tamiya menarik tangan Anneth untuk duduk di pinggir lapangan, sembari menikmati ice cream mereka. Tamiya bersorak menyemangati teman-teman perempuannya yang lain, yang sedang bermain sepak bola.

"Sacha udah kembali masuk hari ini. Jadi lo nggak usah jauh-jauh dari gue", ujar Anneth.

Tamiya menoleh pada sahabatnya sambil menjilat-jilat ice creamnya. Dengan semangat ia mengangguk. Tentu saja tanpa Anneth memperingati, dirinya akan menjaga jarak dengan Sacha. Hihh Sacha adalah gadis menjengkelkan tahu.

Sacha berada di kelas yang sama dengannya. Kelas unggulan XII MIPA_1 yang berisi anak-anak ambisius. Dan Sacha adalah saingan berat Tamiya dalam hal belajar. Jika Sacha menduduki ranking 1 maka Tamiya ranking 2. Namun sebaliknya, jika Tamiya meraih ranking 1 maka yang mengisi ranking 2 adalah Sacha. Mereka selalu berganti-gantian menduduki posisi itu setiap semesternya.

Namun nilai minus dari Sacha adalah karakternya yang kurang bagus. Sacha sangat bertolak belakang sifat dengan Tamiya yang dijadikan teladan sekolah.

Dan karena karakter yang tidak baik, Sacha di skorsing selama tiga minggu karena berani membakar gudang sekolah dan menjebak Tamiya di dalamnya hingga tak berdaya karena kehabisan stok oksigen. Entahlah, Tamiya tidak tahu kenapa Sacha sangat membencinya. Setahunya ia tidak pernah melakukan hal yang merugikan gadis itu.

Jika kelas unggulan itu sedang olahraga, maka suasana ruang BK jauh berbeda. Seorang wanita muda yang baru saja mendapatkan gelar sarjana itu menatap gadis tak tahu sopan santun di depannya.

"Sacha?"

Gadis yang sedang mengemut permen lolipop itu mengangkat alis. Kakinya memangku tasnya dengan santai.
"Kenapa Bu?", tanyanya.

"Sacha, apa kamu bisa sopan sedikit? Jika seseorang sedang bicara, mulut tidak boleh makan", nasehat Ibu Ilia selalu guru yang menjabat sebagai guru bimbingan konseling itu.

"Lain kali ya Bu. Sekarang saya lagi nunggu kapan saya pergi dari ruangan ini setelah ditahan oleh Ibu saat baru menginjakkan kaki kembali di sekolah ini", ujar Sacha.

Ilia memejamkan mata.
"Sacha, apa kamu tidak bisa berubah Nak? Sayang sekali kamu memiliki prestasi akademik yang baik jika kelakuan kamu seperti ini. Tadinya Ibu menahan kamu karena mau memberi arahan dan bimbingan. Tapi sudahlah, kamu bisa ke kelas sekarang", tutur pasrah Bu Ilia.

Sacha mengangguk. Tanpa sepatah kata ia keluar dari ruang BK tanpa mempedulikan Ilia yang tersenyum masam.
"Hah anak itu"

Sacha tersenyum iblis saat ia bisa kembali ke sekolah. Beberapa siswa yang kebetulan lewat segera memberi jarak karena suasana damai sekolah sudah selesai, dinyatakan dengan kembalinya Sacha, siswi tukang palak, bully, dan pembuat onar.

"Apa lo liat-liat gue?! Kangen gue jambak ya?", sinis Sacha saat seorang ketua sanggar menatapnya tajam.

"Idih najis gue", sahut gadis itu namun tetap saja ia memilih berjalan cepat menjauhi Sacha.

Snow White's an Extra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang