❄𝓟𝓪𝓻𝓽 19

5K 711 43
                                    

𝕾𝖊𝖑𝖆𝖒𝖆𝖙 𝕸𝖊𝖒𝖇𝖆𝖈𝖆
____________o0o_____________




"ARGHHHH!!!"

Prang!

Vas bunga hancur begitu saja saat tangan Tamiya melemparnya ke dinding kamarnya. Ia meringkuk di sudut kamar, menangis sejadi-jadinya tak peduli dengan kamarnya yang berantakan. Penampilannya sudah sangat awut-awutan dengan mata panda. Tamiya terus mengurung dirinya di dalam kamar sejak tragedi itu.

"Tamiya"

Tamiya mengangkat kepala, ia menatap kedatangan ibunya yang berjalan dengan anggun padanya. Aruna, wanita paruh baya itu berjongkok, mengangkat dagu anaknya dengan penuh rasa kasihan.

"Ada apa sayang?", tanya Aruna.

Tamiya menggeleng, namun sang ibu tidak bisa dibohongi dengan kekacauan ini.

"Ada apa denganmu?", tanya Aruna lagi.

Tamiya kembali menggeleng. Ia berusaha tidak menatap mata ibunya yang kelam. Namun sepertinya Aruna lebih fokus pada leher anaknya yang masih tersisa bekas samar.

"Siapa yang memperkosamu?"

Tamiya membelalakan matanya. Ia langsung menatap ibunya yang menatapnya intens.
"Katakan Tamiya", ujar Aruna dengan suara yang sangat lembut namun Tamiya rasa raut ibunya tidak selembut suaranya.

"N-nggak, Mama salah paham", elak Tamiya.

Aruna tidak menjawab, wanita itu tanpa di duga merobek kaos tipis anak semata wayangnya hingga terlihatlah tubuh molek anaknya yang hanya tersisa bra hitam. Bukan itu yang menjadi atensi Aruna saat ini, namun bekas-bekas yang hampir menutup tubuh mulus putrinya.

"M-mama", gagap Tamiya ketakutan.

"Maafin Tami, Mama. Tami nggak bisa jaga diri hiks", tangis Tamiya kembali keluar. Dirinya sangat khawatir Mamanya akan membencinya.

"Siapa yang melakukannya?", tanya Aruna tanpa peduli dengan perkataan anaknya barusan.

"Be-gal Ma hiks hiks hiks"

Aruna menepuk-nepuk kepala Tamiya, membuat anaknya itu tidak bisa menutupi kebingungannya.
"Berhentilah menangis sayang. Semua sudah terjadi dan selaput darahmu tidak mungkin kembali. Sekarang tata lah dirimu yang baru. Mama akan membantumu menyembunyikannya dari Papamu", ujar Aruna.

"T-tapi Ma?"
Tamiya tidak bisa berpikir jernih. Apa Mamanya selalu santai seperti ini?

Aruna langsung berdiri tegak.
"Anggap saja kejadian itu hanya mimpi burukmu. Tenang saja sayang", ujar wanita itu.

Tamiya berdiri perlahan, menyamakan tinggi badannya dengan sang Mama.

"Tamiya pengen dipeluk Mama", ujarnya.

Namun Aruna malahan mundur.
"Tidak untuk sekarang. Mama harus menjernihkan diri untuk tidak membayangkan tubuhmu yang sudah disetubuhi banyak laki-laki", ujar wanita itu sebelum bergerak pergi dari kamar putrinya, meninggalkan Tamiya yang terdiam dengan lelehan air mata yang kembali mengalir. Apa Aruna tidak tahu jika perkataannya barusan menyakiti hatinya?

Snow White's an Extra [END]Where stories live. Discover now