❄𝓟𝓪𝓻𝓽 29

Start from the beginning
                                    

Alan, lelaki yang lebih tua satu tahun dari Lintang itu memang suka tinggal di rumah lama mereka. Alasannya karena sekolahnya lebih dekat di rumah itu. Lintang dan Alan sama-sama kelas XII. Kenapa? Karena Lintang yang waktu itu masih berumur 5 tahun sama-sama masuk sekolah dasar bersama Alan yang berumur 6 tahun. Bisa dibilang waktu itu Lintang tidak mau ditinggal abangnya ke sekolah, jadi ya seperti itu lah.



Disimpulkan juga jika Lintang lah yang paling muda diantara mereka berempat.



Kembali lagi kepada Alan, lelaki itu memilih sekolah yang berbeda dengan Lintang, alasannya karena mau satu sekolah dengan sang pacar, Melia. Bucin memang.


Di dalam cerita True Love, Alan cuman sekali disorot. Peran lelaki itu hanya diperlihatkan dalam satu dialog saja. Alan diceritakan sebagai sosok judes, bermulut pedas, tidak suka basa-basi, kaku, dan suka menyendiri.



Mungkin karena sikap suka menyendiri itu membuat Reya, wanita yang mengambil peran ibu sekaligus ayah itu geram sendiri. Dan pagi-pagi buta tadi, ia menyeret anak bungsunya itu untuk pulang sebelum masuk sekolah. Ya, ayah dari kedua lelaki tampan itu memang sudah duluan meninggal saat umur keduanya masih balita.


Di ruang makan sedang ramai-ramainya karena lawakan dari Nate dan Lintang yang membuat suasana menjadi hidup.
"Kalian tunggu di sini, tante mau manggil Alan dulu", celetuk Reya.


Wanita itu keluar kembali ke teras rumah. Dan sama, Alan sama sekali belum bergerak seinci pun dari sana.
"Bang, ayo masuk kita makan. Kamu jangan main handphone terus, nggak sopan ada tamu loh", nasehat Reya.



"Duluan aja Bun, nanti nyusul belakangan", sahut Alan tanpa mau mengalihkan pandangannya dari ponsel.


Reya tak suka dengan respon anaknya yang selalu abai.
"Bang, kamu bisa hargain Bunda kan? Bunda berasa lagi ngomong sama orang asing", keluh wanita itu. Jangan salahkan Reya jika hati kecilnya sedikit kesal juga pada pacar anaknya yang belum pernah ia temui secara langsung. Selalu saja, gadis bernama Melia itu yang diutamakan. Dirinya yang melahirkan anak itu saja bahkan tak pernah diperhatikan seperti itu.



Alan langsung menyimpan ponselnya membuat wajah Reya kembali cerah. Ia menggandeng tangan putranya itu menuju meja makan.



"Nahh ayo makan yang banyak, biar punya tenaga buat tendanya nanti", celoteh Reya sambil memindahkan banyak lauk ke piring Alan.



"Tante nggak perlu khawatir soal makanan hehe", jawab Nate menyengir.



Zoia membaguskan letak duduk Jilva di pangkuannya yang makan sendiri tak mau disuapi. Gadis itu hanya bertugas memisahkan tulang ikan dari dagingnya untuk Jilva kecil.




"Veven mau abang suapin?"

Itu suara Nate yang memperhatikan arah mata Venus yang menatap Jilva yang makan dengan lahap. Venus menoleh, ia salah tingkah karena disenyumin oleh Nate yang berstatus sebagai kadal handal.


"Uhuk em em ekhem, jadian napa sih?", itu suara Lintang.


"Apaan sih?", ujar galak Venus untuk menyembunyikan keadaan jantungnya.


"Nate suka sama Venus ya?", tanya Reya ikut nimbrung.


"Iya dong tan, siapa juga yang nggak suka sama Veven yang manisnya ngalahin pabrik-pabrik gula", seru Nate.


Snow White's an Extra [END]Where stories live. Discover now