- R 28 : (Not) Serious -

8K 844 391
                                    

Suasana kelab Hero di malam itu cukup ramai dan bising seperti biasa. Lampu temaram dengan kelip cahaya warna-warni bergantian dari sorot meja pembawa musik yang memeriahkan atmosfer di sana. Penari striptis dengan pakaian minim pun melengak-lengokan tubuhnya, mengikuti irama lagu yang dibawakan, dikelilingi para pria hidung belang yang selalu merasa kekurangan kasih sayang.

Enzo dengan beberapa bawahannya itu tampak duduk di sofa lantai satu, lebih dari lima meja di kelab miliknya itu terpenuhi dengan orang-orangnya. Sedangkan meja lain tampak penuh dengan pengunjung-pengunjung di sana.

Enzo beberapa kali melirik ke arah pintu utama—tempat orang keluar-masuk setelah menginjakkan kaki di sana setengah jam lalu. Pria itu melirik ke sana lagi sekilas, seolah menunggu seseorang dengan meminum redrum di tangan kanannya. Bisingnya obrolan yang keluar dari bibir orang-orang ditambah dentuman musik membuat sulit untuk Enzo berbicara dengan orang lain tanpa suara keras, dan Enzo enggan sekarang untuk membuang tenaganya hanya untuk bersuara lebih besar.

Dia terus mengacuhkan Carol yang sejak awal datang duduk berdempetan di sampingnya, mencoba berdekatan dan terus mengajak pria itu berbicara dengan mendekatkan bibirnya di samping telinga Enzo. Kesempatan yang terus Carol lakukan ketika mereka berada di kelab bersama.

Enzo menjawab seadanya, dia tampak acuh tak acuh jika Carol tak mendengar. Enzo membuang pandangannya dari wanita itu yang kini makin mendempetkan dadanya ke lengan Enzo. Pria itu menatap ke lantai dua untuk melihat situasi, orang-orang dengan gelas di tangan mereka, situasi yang sama seperti di lantai satu. Hanya saja mereka yang ada di lantai dua itu bisa melihat ke bawah dari palang penyangga kondisi di lantai bawah.

Tangan Carol kini menarik bahu Enzo agar makin mendekat padanya lalu berseru di tengah berisik itu, “Enzo, kau dengar?”

Enzo mengacuhkan selama beberapa saat, dia tetap melihat ke arah lantai dua membuang pandangannya dari Carol. “Tidak, terlalu berisik, aku tak mendengarmu dengan baik.”

“Jika begitu bisakah kita berbicara di luar? Aku ingin mengatakan sesuatu,” seru Carol makin berseru di samping Enzo agar pria itu mendengarnya.

“Jangan bercanda, aku belum berbicara dengan Vernon dan yang lainnya.” Enzo kini menatap ke arah pintu utama kembali.

Carol mendecak kesal. “Kenapa kau lama sekali? Apa yang sedari tadi kau tunggu?” Carol jengkel, dia menyadari dari tadi Enzo memang tengah seperti menunggu sesuatu.

“Dia,” jawab Enzo menunjuk dengan dagunya seseorang yang tampak menjadi pusat perhatian karena kecantikannya itu. Enzo menarik tubuhnya ke depan untuk berdiri dari sofa, dia berjalan ke arah Dior yang tampak menjawab seorang pria yang langsung mengajaknya bicara ketika baru tiba.

Carol yang menatap itu makin kesal, dia melipat kedua tangannya di depan dada sembari membuang napas kasar. Menatap jengkel ke arah punggung lebar Enzo yang menjauh darinya.

“Dia tidak akan datang ke meeting nanti, bukan? Dia bukan siapa-siapa,” ucapnya marah.

Vernon yang duduknya tak terlalu jauh dengan Carol itu tersenyum miring, menatapnya. “Chill, jika Enzo mengizinkan pun dia bisa datang kapan saja dia mau.”

“Memangnya dia siapa?! Enzo tidak pernah membiarkan orang asing datang dan masuk ke dalam rapat.” Nada kesal karena marah yang datang dari Carol membuat yang lain kecuali Vernon kini menatap wanita itu, menerka kemarahannya berasal dari mana.

Mereka yang terusik itu menatap pada Enzo yang tampak mendatangi wanita cantik di sana, menghilang dari sisi Carol—tempat yang tadi mereka lihat diduduki oleh bos mereka. Namun bukan pertanyaan lagi kemarahan Carol merasal dari mana, mereka semua di sana sudah tahu dari dulu jika Carol memang terus-terusan mendekati Enzo.

REDRUM [COMPLETE ☑️]Where stories live. Discover now