- R 3 : Black Cat -

14.1K 1.1K 120
                                    

Turin, Piedmont, Italia 09.23 AM.

Pramugari itu menyeret koper birunya dari landas pacu. Seragam rapi yang memiliki name tag Taylor McDowell itu baru turun dari maskapai Alitalia.

Rambut cokelatnya mengkilap di bawah sinar matahari yang begitu terik di musim panas itu, membuat ia memutuskan untuk memakai kacamata hitam untuk melindungi matanya yang berwarna hijau itu.

Ia berjalan masuk ke area terminal pesawat, menebarkan senyuman pada pilot dan para awak kabin yang bergantian shift bekerja di maskapai itu. Mereka membalas senyumannya saat tadi terperangah akan kecantikan perempuan itu yang membuka kacamata hitamnya saat masuk ke terminal.

“Dia pramugari dari Alitalia?” kagum satu pramugara dengan menunjuk perempuan itu dengan ibu jarinya yang baru melewati mereka.

“Aku tak pernah melihatnya,” sahut yang lain memperhatikan perempuan itu dari belakang.

“Kudengar Alitalia melakukan pertukaran pramugari dengan maskapai Meridiana. McDowell, bukan? Dia putri dari Johan McDowell, pilot dengan jam terbang terbanyak di maskapai Emirates,” ucap seorang pria dengan seragam pilot itu yang juga memperhatikan sang perempuan dengan koper yang menjauh dari mereka.

Setelah perkataan itu, tatapan kagum makin terpancar setelah identitas disebutkan.

Tatapan mereka langsung berganti setelah melihat perempuan cantik yang mereka kagumi itu tertabrak—atau lebih tepatnya menabrak seorang bodyguard membuat koper perempuan itu terlepas.

“Maaf.”

“Kau tidak apa, Nona?” ucap bodyguard itu khawatir pada perempuan itu yang mengangguk sembari meraih kopernya kembali.

“Tidak apa, maafkan aku.” Dia berucap dengan agak membungkuk untuk minta maaf lalu ingin bergegas pergi.

Bodyguard yang meraih koper serupa lebih dahulu itu menatap kepergian sang pramugari, memperhatikan kopernya yang mirip.

“Nona, tunggu,” ucapnya terlihat curiga membuat perempuan itu berhenti melangkah lalu berbalik. “Bisa buka kopermu?” Melihat wajah perempuan itu yang terlihat terintimidasi dengan ucapannya, sama seperti yang melihat kejadian itu membuat sang bodyguard menggelengkan kepalanya. “Tidak, maksudku koper kita sama. Bisa saja tertukar.”

Terlihat dari raut bodyguard itu yang memperhatikan, bahwa ia membawa sesuatu yang penting. Ekspresi itu sampai pada sang perempuan membuatnya terlihat tak keberatan.

“Oh, tentu,” ucapnya dengan tersenyum lalu bersimpuh lutut di lantai untuk membentangkan kopernya, meraih ritsleting kemudian membuka lebar menunjukkan baju-baju yang tertumpuk.

“Terima kasih,” ucap bodyguard itu tenang dan dengan cepat sang perempuan menutup kembali kopernya.

Ia berdiri untuk melanjutkan jalan dengan menyeret kopernya kembali membuat bodyguard itu melakukan hal yang sama.

Setelah melangkah tak jauh, koper roda yang berjalan di sampingnya itu tetap berputar pelan walau sang perempuan melepaskan sebentar tangannya dari gagang koper untuk memperbaiki airpods di telinganya. Koper itu tampak diraih orang lain yang membawa koper serupa yang lewat di belakangnya sedetik saja.

Dior meletakkan kembali tangannya di gagang koper pertukaran itu. Berjalan lebih cepat untuk keluar dari terminal dengan melepas satu persatu kancing seragam pramugarinya yang mengkover blush putih dan melemparnya cepat ke tong sampah tanpa mengudang perhatian karena aksinya yang cepat. Ia membuka ritsleting roknya di belakang membuat rok span hitam tipis yang ia pakai terlihat, ia membuang kembali rok pramugari itu ke sembarang arah dengan membuka ikatan rambutnya untuk tergerai.

REDRUM [COMPLETE ☑️]Onde histórias criam vida. Descubra agora