- R 15 : Feeling into it -

10.6K 1K 175
                                    

“Kau lihat dia datang?” Satu dari dua pria dalam mobil melihat ke arah luar jendela yang mereka tutup rapat.

Satunya menggelengkan kepala. Keduanya memperhatikan kondisi luar, seperti mencari suatu sosok di tepi waduk yang kondisinya cukup sepi untuk didatangi oleh orang-orang di pagi hari seperti itu.

Keduanya memakai topi fedora hitam dengan jas hitam pula, memperhatikan sejak sepuluh menit lalu menunggu kehadiran seseorang.

Pria itu melihat arloji di tangannya sekilas, mereka datang lebih cepat 10 menit dari perjanjian. “Kudengar yang akan ikut bersama kita adalah kakaknya, pria brutal yang sering tak terkontrol itu,” ucap ia setelahnya.

“Bos bilang dia harusnya direhab.”

Tak sampai lima, mereka berdua melihat mobil sport hitam melaju dari kejauhan yang tak mereka sadari sudah berada dekat dengan mobil mereka sebab kelajuannya.

Mereka berdua turun dari mobil dengan memperbaiki topi dan jas masing-masing. Melihat mobil sport itu mematikan mesinnya dan dua orang pria berjas keluar dari kedua pintunya.

Enzo menutup pintu mobilnya dengan keras sembari merapikan mantel hitam yang ia kenakan. Dan Austin yang sedang mengeluarkan rokok dari bibirnya, pria satu itu tampak merah wajahnya dan tatapan yang sayu membuat orang tahu bahwa ia sudah mengonsumsi alkohol sebelum datang ke sana.

Kedua pria bertopi fedora itu bertatap-tatapan sekilas. Seolah mereka menyetujui ucapan bosnya tentang orang itu, dan tahu sebab keterlambatan Enzo yang dikabarkan tak pernah datang lewat dari waktu yang telah dijanjikan.

Enzo melihat Austin yang berjalan ke arahnya dengan menyesap kembali batang rokok ke bibir dan menghembuskan banyak asap lewat mulutnya. Wajah merah berantakan dan dasi yang terpasang asal.

Enzo menarik rokok dari bibir kakaknya itu kemudian membuangnya ke tanah, meraih kerah kemeja putih yang digunakan Austin untuk ia lipat menjadi lebih baik dan menarik dasinya yang terenggang tak jelas menjadi lebih rapi.

“Kau sadar, Austin?” ulang Enzo dengan nada dingin ke arah kakaknya itu, pertanyaan kedua yang ia lontarkan sejak di mobil.

Austin tersenyum lebar dengan mata yang hampir menutup melihat ke arah raut dingin adiknya. “Aku selalu sadar, Enzo.”

Enzo menepuk kuat dada bidang kakaknya yang setengah mabuk itu sebelum membuka kembali pintu mobilnya untuk mengeluarkan botol mineral. Enzo meraih pundak Austin menggunakan sebelah tangannya untuk menghadap pada kedua pria bertopi fedora itu yang salah satunya membukakan pintu mobil mereka.

Memasukkan Austin di kursi penumpang belakang kemudian menutup pintunya dan menabrak dada salah satu pria bertopi itu dengan botol mineral yang dia raih tadi.

“Jangan hiraukan apa pun yang dia katakan selama tiga jam ke depan,” ucap Enzo lebih ke arah memperingati.

“Kau yakin dia bisa dibawa untuk melakukannya?” Satu pria yang memegang botol mineral itu menaikkan sebelah alis.

“Jika kau menuruti apa yang aku katakan,” ucap Enzo dingin dengan raut datar penuh peringatan. Seolah mereka tak punya pilihan selain menuruti perkataannya.

Wajah adik dari orang itu tampak sedikit berkeringat, napasnya juga lebih terkontrol dari dia keluar dari mobil ketika berbicara dengan Austin. Seperti amarah yang selalu bisa tersimpan dengan matang dari dalam diri pria itu, tapi untuk masalah ini dia terlihat lebih dingin dan sinis dari biasanya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
REDRUM [COMPLETE ☑️]Where stories live. Discover now