- R 11 : Lighter -

10.5K 1K 52
                                    

Sevilla, Andalusia, Spanyol 11.45 PM.

Awang-awang kali itu terasa seperti badai, memutar di udara bak badai yang membuat daun-daun berterbangan dari ranting dan bertaburan di bawah langit.

Menciptakan suasana sejuk di tengah malam itu untuk menerpa Plaza de España, tempat di mana seorang perempuan duduk dengan memutar-mutar benda persegi di tangannya dengan sesekali membuat benda itu menyulut api.

Berada di tengah malam di tempat bangunan bersejarah di Sevilla membuat Dior hanya seorang diri yang bernapas di sana. Menghadap air mancur Plaza de España di kegelapan, menyelinap ke bangunan bersejarah yang sudah tutup bukanlah hal yang sulit bagi dia.

Sudah hampir satu jam dia berdiam diri bergelut pikiran di sana, menatap pemantik tak asing di tangannya.

Dior berdiri dari posisi duduknya, berjalan dengan kaki jenjangnya yang terbalut high heels di alun-alun. Bangunan yang tampak terbias warna kuning terang akibat lampu di deretan bangunannya terlihat sangat klasik. Melangkah pelan seiring dilema yang terus berkecamuk di kepalanya.

Perempuan itu terus melangkah, mengundur waktu dengan berjalan pelan menciptakan suara ketukan seirama high heels-nya selain bunyi dedaunan yang bergesekan satu sama lain akibat angin.

Dior menopang kedua tangannya di pembatas jembatan yang kini ia pijak, melihat pemandangan utara dengan kanal yang terlihat tenang. Dior menunduk ke arah air di bawah jembatan untuk menatap pantulan dirinya sendiri.

Lama dia melamun ke arah sana dengan terus meledak-ledak seperti bom isi kepalanya saking berisiknya.

“Sedang meratapi wajah rupawanmu, Cantik?” Perkataan yang berbisik di telinga Dior membuat lamunannya buyar seketika.

Dior melayangkan tinjunya tanpa menoleh pada sosok di sebelahnya yang langsung tergeser disambut oleh pukulan tiba-tiba dan kuat wanita itu. Dior berbalik setelah melakukan pukulan tersebut dengan masih mengepalkan tangannya, tapi kali ini keduanya sudah siap untuk ancang-ancang jika ia diserang tiba-tiba.

Pria yang diberi pukulan tersebut jatuh terduduk dengan mengaduh memegang rahangnya sekaligus menopang tubuh di palang jembatan itu dengan tangan kirinya yang dipenuhi tato.

Pria tato itu tidak sendirian, ia bersama kedua pria kekar lain yang sudah berdiri di belakang Dior, menatap teman mereka yang terlihat kesakitan akibat tambahan pukulan oleh cincin yang dikenakan Dior, membuat kesakitan itu tambah dan membuat luka di wajahnya.

Yang pasti mereka bertiga bukan orang iseng, terlebih ke arah bawahan orang penting atau orang suruhan.

Satu pria kekar itu melayangkan pukulan ke arah Dior di wajahnya, tapi beruntung ia bisa menghindari pukulan itu dari wajah cantiknya. Tapi ia dihadiahkan dengan pukulan di arah lengannya yang membuat pemantik di tangan Dior terlempar ke belakang.

Dior mendaratkan kepalan tangannya di dada pria itu lalu menunduk untuk menghindari tinjuan balas darinya, kemudian Dior menendang rahang pria itu dari arah bawah dengan high heels yang ia kenakan sembari lengannya keluar dari palang jembatan untuk menangkap pemantik yang kehilangan gravitasi dari tangannya tadi.

Sial, sebab benda inilah ia bisa tak menyadari kehadiran ketiga orang itu.

Dior menarik kembali tangannya yang tepat waktu menangkap pemantik itu di jangkauannya. Masih dengan posisi jongkok, ia menendang kaki satu pria lain di sampingnya sampai terjatuh.

Dia berdiri menghadap ke arah pria itu kembali kemudian mengaitkan kedua tangannya di palang jembatan guna menahan tubuh rampingnya. Menendang pria di depannya dengan kedua kakinya yang tebalut high heels itu sampai tersungkur ke belakang.

REDRUM [COMPLETE ☑️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang