❄𝓟𝓪𝓻𝓽 10

Mulai dari awal
                                    

Tatapan mata elang Libra langsung normal. Ia perlahan menjauhkan tangannya.
"Harusnya lo nggak semena-mena Zoia", ujarnya.

Gadis di depannya mengangguk lemah sambil menunduk. Namun tidak ada yang tahu jika seringai gila tercetak tersembunyi di bawah sana.
"Ma-afin gue", gagapnya.

Libra menghela napas. Pelan-pelan lelaki itu mengangkat dagu Zoia, mengelus bekas lebam beberapa hari lalu yang masih meninggalkan jejak.
"Sakit?", tanyanya dan Zoia membalasnya dengan anggukan.

"Gue nggak mau semua yang gue milikin diobrak-abrik tanpa seizin gue. Apalagi kalo itu udah masuk dalam area privasi gue", ujarnya.

Zoia mengangguk paham.
"Maafin gue yaa. Kalo gitu gue cabut lagi aja", ujar gadis itu. Namun saat dua mulai bergerak, tangannya sudah dicekal oleh telapak tangan kekar suaminya. Zoia mendongak, menatapa penuh tanya pada Libra yang menjulang tinggi di depannya.

"Kenapa?", tanya gadis itu.

"Nggak usah dilepas kalo lo udah capek-capek buat ini semua", jawab Libra.

Mata Zoia berbinar cerah.
"Beneran?!", girangnya kembali memastikan.

Libra mengangguk kaku. Namun kekakuan itu bertambah besar saat gadis di depannya memeluknya dengan riang. Lelaki itu terdiam bagai patung. Matanya kini membulat sempurna saat Zoia, gadis yang berstatus istrinya mencium pipi kirinya tanpa aba-aba, sebelum berlari memasuki kamarnya.

"Makasih ya!"

Libra tidak melihat punggung Zoia yang sudah menghilang di balik pintu. Lelaki itu menyentuh pipinya yang baru saja dikecup oleh gadis itu.

Sedangkan di dalam kamar, Zoia terkikik tidak jelas saat rencananya berjalan lancar.
"Seru juga"

***

Bunyi bel istirahat menggema di seluruh penjuru sekolah. Zoia menyaksikan empat punggung lelaki tampan itu berlalu ke kantin. Gadis itu tinggal sendirian di dalam kelas karena terlanjur tak punya teman.

Candice? Jangan tanya lagi. Beberapa hari ini, Zoia tidak pernah lagi bertemu dengan gadis albino itu. Entah kemana gadis itu berada, pesan dan panggilan darinya saja tidak pernah terbalaskan. Semoga saja Candice baik-baik saja.

Sepulang sekolah nanti, Zoia sudah menyusun rencana untuk berkunjung ke apartemen gadis itu. Ia sangat khawatir dengan keadaan Candice.

"Zoia!"

Lamunan Zoia pecah dengan seseorang yang berdiri di ambang pintu sambil melambaikan tangan padanya.

Zoia bergegas berdiri, ia menghampiri Venus.

"Ngapain sendirian di sini? Ngelamun lagi. Ayo ke kantin", ajak Venus dengan semangat.

Belum sempat Zoia menyuarakan ucapannya, dirinya sudah lebih dulu ditarik oleh Venus menuju kantin yang sedang ramai-ramainya.
"Lo nggak punya temen ya?", tanya Venus membuka percakapan saat mereka melewati lorong-lorong kelas.

Dengan terpaksa Zoia mengangguk. Iya, tentu saja. Dari kehidupannya di dunianya dulu dan sekarang, ia selalu kesusahan punya teman. Di dunianya dulu, memang banyak yang mau dekat dengannya, namun semua itu hanya sekedar mencari untung. Dan sialnya, bahkan di dunia ini, orang yang pertama melindunginya juga memanfaatkannya.

Snow White's an Extra [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang