❄𝓟𝓪𝓻𝓽 6

Start from the beginning
                                    

"Kenapa lo nggak mau dijodohin? Bukannya Libra punya tampang impian setiap cewek?", tanya Zoia.

Candice tampak berpikir.
"Lo masih ingatkan waktu lo sebut nama panjang Libra waktu kita pulang ke negara ini? Gue pernah bilang kalo gue suka sama temannya. Itu alasan pertama kenapa gue keberatan dengan perjodohan ini. Kedua, gue pengen banget kuliah. Setelah keluarga gue meninggal, hidup gue melarat. Gue makan sesuap aja harus banting tulang. Gue mau ubah hidup gue jadi lebih baik", ujar Candice.


Zoia terdiam.

"Lo mau maafin gue kan Zoia? Lo mau bantu gue kan lewat perjodohan ini? Plisss, gue udah menderita selama beberapa tahun, bahkan diasingkan sama lingkungan yang nggak nerima fisik gue yang aneh, gue mau hidup kayak orang lain dengan cara jadi orang sukses. Lo mau kan kabulin permintaan gue?", ujar Candice dengan mata berharap.


Zoia tak tega, dengan pelan ia menganggukkan kepalanya. Langsung saja Candice menghadiahkannya sebuah pelukan hangat.
"Makasih Zo, makasih banget", ujarnya dengan hati yang haru.


Sedangkan Zoia hanya bergumam sebagai jawaban, karena kepalanya sibuk akan keputusan yang ia ambil tanpa berpikir efektif.


***



"Ekhem"

Libra menoleh sebentar ke arah belakang, lalu kembali menghadap ke depan, dimana pemandangan malam cerah yang bisa di lihat dari atas balkom lantai dua itu. Venus yang diabaikan segara ikut duduk di samping pamannya yang lesehan di lantai balkom.

"Diem-diem aja lo. Kenapa tuh?", celetuk Venus sambil membuka bungkus biskuit yang tadi ia bawa bersamaan dua cangkir kopi panas. Gadis itu meletakan biskuitnya di tengah-tengah mereka sesekali mencomotnya dengan santai. Mata gadis itu terus menatap Libra dari samping.

"Mikirin apa?", tanyanya lagi.

"Perjodohan itu", jawab Libra tanpa mau menatap wajah Venus yang menguap lebar.

"Terus? Kenapa dipikirin? Atau jangan-jangan lo mau batalin ya?", tuding Venus.

Libra membuang napas panjang.
"Itu masalahnya. Tapi gue nggak mau bikin ayah kecewa. Selama ini ayah nggak pernah ngekang atau minta sesuatu dari gue. Gue berasa durhaka banget kalo nentang. Menurut lo gimana?", ujar Libra menatap Venus sepenuhnya.



Venus mengibaskan rambutnya dengan santai.
"Menurut gue sih terima aja permintaan kakek. Lagian calon istri lo lebih cantik dari Tamiya", tukasnya.


Libra mengangkat alis.
"Kok malah bawa-bawa Tamiya? ", sewotnya.

Venus merotasikan matanya malas.
"Hilih, lo pikir gue nggak tahu kalo lo suka sama si ketos? Gini-gini gue peka sama paman gue ya!", cibirnya.






"Apaan sih, sok tahu lo", ujar Libra.

Venus berdecak.
"Nggak usah cekcok, guenya udah tahu dari dulu kok", celetuknya.

Libra tak bisa menjawab. Karena itu pula, Venus jadi malas. Langsung saja gadis itu berdiri dari duduknya.
"Lupain deh si Tamiya-Tamiya itu. Emang nggak capek apa suka sama dia diam-diam. Kalo gue udah cari yang lain. Mending tuh si siapa ya? Ah Zoia iya Zoia. Pilihan kakek pasti nggak salah. Gue sih setuju-setuju aja lo sama Tamiya itu, masalahnya dia mau apa sama lo? Siapa tahu tuh cewek udah punya pacar, secarakan dia rebutan cowok-cowok. Udah deh Lib, terima aja perhodohan itu dan lupain Tamiya", celoteh Venus sebelum melangkahkan kaki keluar dari kamar Libra, meninggalkan sang paman yang terdiam mencerna setiap lontaran kata yang keluar dari mulutnya.




***



Hari ini seperti biasa saat fajar datang maka penghuni yang diberikan napas oleh Yang Maha Kuasa langsung melakukan aktivitas mereka, setelah semalaman diberikan waktu untuk beristirahat ditemani bulan dan bintang.


"Pagi beban bumi", sapa Lintang yang baru datang bersama Nuel. Kedua lelaki itu memasuki kelas XII MIPA_3 yang sudah mulai ramai.

"Pagi juga beban keluarga", balas sapa Nate yang sudah duluan datang. Lelaki itu baru pagi-pagi sudah rebahan di atas lantai belakang kelas, menjadikan tasnya sebagai pengganti bantal.

"Ngapain lo? Habis nonton apa semalam?", tanya Lintang ikut bergabung, sedangkan Nuel memilih duduk di bangkunya yang berada paling belakang sambil sibuk dengan ponselnya.


"Apanya yang nonton? Lo pikir gue kayak Nuel yang begadang tiap malam buat nonton film biru?", decak Nate membuat Nuel menoleh sekilas ke belakang lalu kemudian kembali fokus pada ponselnya.


"Lahh trus kenapa mata lo ada panda-pandanya?", ujar Lintang.

"Anak kakak gue ngungsi di rumah trus bobonya di kamar gue. Gila ya tuh bocil kalo bobo, gue di tendang anjim. Mana ngigo sambil jalan lagi, serem tahu", celetuk Nate.

Lintang tertawa.
"Wihh keren juga tuh keponakan lo", ujarnya.

"Ehh babang Libra udah dateng tuh", tambah Lintang saat matanya menangkap sosok tegap dan paling tinggi diantara mereka memasuki kelas.

Nuel melirik Libra yang meletakan tasnya di sampingnya. Memang keduanya sebangku sejak kelas sepuluh.

"Ada murid baru", ujar Nuel dengan cuek sambil menunjuk pesan dari group seangkatan berisikan foto wajah seseorang yang diambil diam-diam saat sedang berdiri di depan pintu ruangan kepala sekolah.

Mata Nate yang tadi merem melek langsung cerah. Ia merebut ponsel itu secepat kilat. Lintang ikut bergabung.
"Anjayyy bodynya. Ini berasa kek liat bidadari ngungsi ke bumi kek keponakan lo Na", celetuk Lintang.

"Hooh, cantik banget", ujar Nate.

Keduanya langsung kesal saat tanpa aba-aba Nuel kembali merebut ponselnya.

"Yahh lo mahh", decak kesal Nate.

"Siapa?", tanya Libra. Nuel kembali memperlihatkan sosok itu sekilas sebelum menyimpan ponselnya di dalam saku.

"Zoia?", ujar Libra.

"Lahh lo kenal?", tanya Lintang dengan cepat.

Belum sempat Libra menjawab, bunyi bel menjadi pemisah. Semuanya langsung bergegas ke bangku masing-masing karena pembelajaran pada hari ini akan dimulai.








____o0o____

5 Januari 2023

Snow White's an Extra [END]Where stories live. Discover now