lima puluh delapan. (DARENZA)

86 6 10
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*
*
*

“Ngapain sih Lan ngeliatin Alex begitu banget?” Gemi yang memperhatikannya malah risih sendiri.

“Lagi kagum aja sama ciptaan Tuhan yang satu ini.”

Vi tersenyum mendengar penuturan sahabatnya itu. Jarang sekali Lana membual seperti itu tentang laki-laki.

“Alex maksud lo?” tanya Elis.

Lana mengangguk. “Masih muda tapi pinter banget. Kasus Monica--eh ralat, maksudnya informasi tentang Monica. Dia cepet banget nyari taunya. Gak ngerti otaknya sepinter apa sih?”

Umur Alex memang masih muda. Hanya terpaut 6 tahun dari mereka semua. Kepribadiannya yang kaku dan jarang berkomunikasi santai, membuat Alex terlihat seperti tua. Padahal faktanya tidak begitu.

“Cakep, pinter, wangi, cepat tanggap, dan ramah pula. Kak Alex kurangnya apa sih?” tanya Lana heran.

“Sejak kapan ada embel-embel kakak dalam panggilan nama Alex?” tanya Darenza.

“Dia lebih tua loh Dar dari kita, gak salah 'kan kalo kita panggil kakak?”

“Gak salah, tapi sikap lo jadi tiba-tiba aneh Lan sama Alex.” Mahesa melempar jaketnya dan pas mengenai wajah Lana.

“Aduh Mahesa! Anjir lo!” sungut Lana.

“Ganggu orang aja, lagi mengagumi ciptaan Tuhan juga,” gumam Lana.

“Telinga gua masih berfungsi dengan baik Lan,” ucap Mahesa, “lu suka ya Lan sama si Alex?”

“Anjir! Seriusan lu Lan? Si Adit mau lu kemanain anjir?!” ucap Gemi heboh.

Beberapa pasang mata melirik ke arah Adit. Dibalas Adit dengan wajah datar dan tangan yang terlipat di depan dada. Adit tidak bersuara, tapi ekspresinya mampu membuat lawannya bungkam.

“Gua gak berani nanya Adit baik-baik aja apa nggak, Vi.” Elis memeluk lengan Vi yang duduk di dekatnya.

“Sama gua juga,” sahut Vi.

“Bokap telepon.” Adit memberitahu ponselnya yang berdering. “Pasti penting. Gua cabut.”

“Lho? Cabut nih? Alex udah gua panggil ke sini buat diskusi bareng lo. Terus--”

“Lain waktu.” Adit melirik Alex, bergantian ke Lana, lalu ke Darenza. “Gua sibuk.”

Adit mengambil hoodie yang tersampir di sofa dan menyenggol Alex yang sedang duduk.

Sorry,” kata Adit tanpa ekspresi.

Duar!

“Buset, biasa aja kali nutup pintunya,” ucap Lana.

“Adit cemburu bego sama lo!” kata Gemi.

Lana mengernyit bingung.

🔥🔥🔥

DARENZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang