tiga puluh sembilan. (DARENZA)

96 17 21
                                    

Hallo guys, i'm back!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hallo guys, i'm back!

Maaf ya waktu itu aku bikin di igs bakal up setiap hari eh ternyata cuma bertahan beberapa hari doang karena ada kesibukan lain, tp diusahakan bakal up cepet kok.

Dan jgn lupa sebelum baca, pencet vote dulu ya! Komennya jg!💕

*
*
*

Darenza dibawa ke rumah sakit oleh laki-laki berumur kisaran kepala 4. Beliau menemukan ponsel Darenza. Beruntung tidak ada password terpasang, memudahkan Bapak itu untuk menghubungi pihak keluarga Darenza. Dia membuka last panggilan di ponsel Darenza, terpampang nama Mahesa di sana. Sepertinya termasuk orang yang dekat dengan korban, pikir Bapak itu. Tanpa banyak berasumsi lagi, dia mendial nomor Mahesa.

Mobil Mahesa sudah masuk garasi rumah, ia membuka pintu, saat hendak turun, ada panggilan dari nomor Darenza. Setelah berbincang sebentar di panggilan itu, Mahesa menyuruh sopirnya untuk keluar mobil.

"Ada apa, Den? Baru sampe rumah masa mau keluar lagi?"

"Bilangin sama Bunda, temen saya masuk rumah sakit. Ini mau nyusulin,"

"Oke, siap!" Pak sopir memberi hormat lalu keluar dari mobil.

Mahesa mengeluarkan mobilnya dari garasi. Keluar kompleks perumahannya, ia melaju dengan cepat. Hari telah subuh, semoga teman-temannya sudah pada bangun. Pertama, ia menghubungi Adit.

"Shit!" Mahesa memukul setir kemudi. Adit tidak bisa datang, ia bilang akan menyusul entar pagi.

Lalu, satu-satunya cowok yang bisa dihubungi adalah Afnan. Tidak mungkin Bondan, dia saja baru tepar tadi karena pengaruh alkohol.

Afnan tidak kunjung mengangkat panggilan. Mahesa yakini, bocah satu itu masih terlelap.

Jadi, Mahesa sendiri menuju rumah sakit di keadaan pagi buta seperti ini.

🔥🔥🔥

Pagi harinya, sekitar jam tujuh, teman-temannya datang ke rumah sakit, termasuk Bondan. Ia sudah sadar dari pengaruh alkohol semalam. Sisa Afnan dan Fiona yang belum datang.

Darenza sudah dipindahkan ke ruang rawat inap. Mahesa memintanya di ruang VVIP. Di sini sunyi, sepi, dan tak ada perbincangan yang terdengar dari kamar sebelah. Teman-teman Darenza boleh masuk semua untuk menjenguk Darenza. Namun, dokter sudah memperingati untuk tetap tenang dan tak membuat gaduh. Supaya pasien tidak terganggu dan juga Darenza belum sadarkan diri.

Kondisi Darenza stabil, kata dokter. Sama saja, teman-temannya tetap panik dan khawatir jika Darenza belum membuka matanya.

Vi duduk di sebelah brankar Darenza. Ia hanya diam tak berkutik. Tidak ada tangisan atau sedih dari raut wajahnya. Hanya ekspresi flat yang ia tampilkan.

DARENZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang