lima puluh tujuh. (DARENZA)

81 6 0
                                    

Tampilan pagi ini benar-benar kacau. Akibat dari pesan yang dikirim Adit, membuat penerima pesan tidak bisa berpikir panjang.

Bayangkan saja, di hari weekend yang seharusnya dipakai untuk bersantai atau bermanja ria di rumah harus terganggu.

Yang membuat kacau adalah pakaian dan keadaan wajah dari masing-masing orang. Setengah 6 pagi, Adit memberi kabar yang mengatakan darurat dan sangat penting. Mereka semua diharuskan datang ke markas MEBDA saat itu juga.

Alhasil mereka datang dengan pakaian tidur yang masih melekat, kolor bergambar kartun, sendal rumahan, rambut cepol asal, dan muka-muka yang masih mengantuk tentunya.

Keadaan yang cukup mengenaskan. Karena tidak sempat bersiap, jadi berpenampilan apa adanya saja.

Sampai di dalam markas, Adit tertawa terbahak-bahak atas kehadiran teman-temannya itu. Konyol. Satu kata yang bisa Adit deskripsikan untuk mereka.

Tidak mau membuang momen langka ini, Adit memotret mereka sebanyak mungkin. Ide jail terlintas di pikirannya. Adit memposting ke IGS salah satu tangkapan layarnya lalu ditambah caption 'Lucu juga ngerjain mereka pagi-pagi.'

“Sini duduk dulu wahai bestie-bestieku,” kekehan seakan tidak mau pergi dari mulut Adit. Karena pemandangan di depannya benar-benar lucu menurutnya.

Darenza, Vi, Mahesa, Fiona, Bondan, Elis, Lana, dan Gemi menghampiri Adit dengan muka merengut kesal.

“Lo apa-apaan sih Dit!” semprot Bondan.

“Jangan marah-marah dulu. Gua beneran punya informasi penting,” ujar Adit.

“Kalo sampe gak penting, mau request bogeman berapa dari tangan gue?” tanya Mahesa sarkas.

“Buruan Dit lu mau ngomong apa? Gua beneran masih ngantuk banget ini,” kata Vi berbicara dengan mata yang setengah tertutup.

“Tunggu Alex dulu ya. Sumbernya dari dia soalnya,” ucap Adit.

“Bunuh aja gue sekarang,” ucap Gemi kesal. Ia langsung membanting tubuhnya keras ke sofa. Matanya berat sekali sebab masih mengantuk, lalu tiba-tiba disuruh ke sini. Pas sampai malah disuruh nunggu? Gemi tidak habis pikir. Kalau Adit tadi tidak menerornya dengan pesan yang mengatakan penting, Gemi sungguh tidak mau menuruti permintaannya itu. Kini, ia menyesal buru-buru datang ke sini yang malah zonk.

“Yaudah kalian tidur dulu aja. Ntar kalo Alex udah nyampe gue bangunin,” kata Adit.

“Dit mending lu ngomong sama tembok deh. Seriusan, capek gue ngomong sama lu,” ucapan kesal juga terlontar dari mulut Elis.

Tujuh belas menit kemudian, Alex datang memasuki markas MEBDA.

“Ah, sudah pada kumpul ternyata. Pagi semua,” sapa Alex.

“Hm. Pagi,” balas Darenza.

“Punya informasi apa?”

“Sabar kali Dar. Orangnya duduk dulu,” sela Adit.

Adit mendapat lirikan tajam dari teman-temannya.

“Kita semua di sini tuh dianggap apa yang disuruh cepet-cepet?” sindir Elis sambil melirik pakaian teman-temannya yang acak-acakan. Termasuk dirinya juga.

Alex diam-diam tersenyum mendapati pemandangan lucu di depannya.

“Gak usah ditahan kali. Ketawa mah ketawa aja,” ucap Lana mengedikkan bahunya acuh.

Alex yang merasa tersindir, ia berdehem untuk menetralkan ekspresinya.

“Mode serius nih.” Beritahu Adit.

DARENZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang