lima puluh dua. (DARENZA)

74 8 0
                                    

“Harus siaga satu nih,” ucap Mahesa sambil bengong.

“Ada apaan sih? Tegang banget muka kalian. Kenapa? Terus juga Darenza bukannya anak tunggal ya?” Pertanyaan Vi sangat mewakili rasa penasaran Lana, Gemi, dan Fiona yang juga tak tau apa-apa.

“Biar Darenza sendiri yang jelasin. Tapi, ntar kalo Darenza jadi tiba-tiba berubah dingin, maklumin aja ya?”

“Maksud lo, Dit?”

➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖

“Assalamualaikum.”

“Walaikumsalam.”

Orang yang mereka tunggu-tunggu, datang juga pada akhirnya. Darenza duduk di atas sofa sambil memasang senyum cerahnya.

“Cerah banget tuh senyum,” celetuk Lana.

Elis langsung meliriknya dan memberi tatapan untuk diam saja.

“Yoi. Kenapa sih? Kok diem?” tanya Darenza ke teman-temannya.

“Lu abis dari makam Abang lu Dar?” tanya Adit hati-hati.

Darenza mengangguk semangat. “Biasa ganti bunga,” sahutnya.

Hari ini, Darenza membawa bunga lily untuk ditaruh di pusara makam Abangnya.

Are you okay?” tanya Elis.

Dengan raut wajah bingung Darenza mengangguk. “I'm ok. What happened?” Darenza menaikkan satu alisnya.

“Hehe, aturan kita yang nanya. Apa yang terjadi? Tumben,” ucap Mahesa.

“Tumben?”

“Biasanya abis dari makam Abang lo terus abis itu lo selalu jadi manusia dingin dan murung. Ini sekarang gak kayak biasanya lo aja,” jelas Bondan.

“Gak kayak biasanya?”

“Muka lo cerah banget,” tutur Elis.

Darenza turun dari sofa, ia menghampiri Vi yang duduk selonjoran di atas karpet. Lalu, menaruh kepalanya di atas paha Vi.

Vi menatap ke bawah. Terpatri di sana senyum Darenza yang mengembang. Vi mengusap rambut Darenza.

“Bahagia banget kelihatannya, kenapa sih?”

Pikiran Darenza menerawang tentang kejadian beberapa hari kemarin. Hari di mana Papanya menunjukkan rekaman CCTV yang ternyata isinya adegan penyebab Abangnya meninggal.

Selama ini Darenza sudah salah sangka terhadap Papanya karena isi rekaman menampilkan video di mana Abangnya meninggal karena terjatuh dari balkon saat rumahnya yang waktu itu lagi di renovasi.

Kejadiannya mirip dengan bunuh diri sebab ada tali tambang menggantung di kamar Abangnya. Dan yang membuat argumen Darenza kuat yang mengatakan kalau Abangnya bunuh diri ya karena Abangnya habis berbicara dengan Papanya mengenai Papanya yang menyuruh Abangnya untuk meneruskan perusahaan, tapi Abangnya menolak. Pikir Darenza mungkin Abangnya tertekan karena itu.

Darenza senang, akhirnya kebenaran terungkap juga. Ia akhirnya meminta maaf kepada Papanya karena sikapnya selama ini sudah menuduh Papanya dan jadi anak pembangkang.

Untungnya Papanya mau memaafkannya. Lega sekali rasanya hati Darenza. Dan bebannya juga terangkat waktu kemarin sekretaris Papanya—Mbak Ana yang mengajak mereka dinner di rumahnya.

Mamanya sempat menolak keras ajakan itu dan hampir ada perang besar di rumahnya kemarin. Mamanya curiga kalau Papanya punya hubungan khusus dengan Mbak Ana. Darenza sempat sedih saat Mamanya hampir mengeluarkan kata cerai dari mulutnya.

DARENZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang