dua puluh satu. (DARENZA)

188 49 6
                                    

HAPPY READING BOB!🤙

*
*
*

Warung kopi yang berada di gang dekat SMA Grana sedang ramai-ramainya sekarang. Waktu pulang sekolah adalah yang paling tepat untuk nongkrong.

Di warkop itu tidak hanya ada anak-anak Grana saja melainkan ada dari sekolah luar juga. Dan kanlid yang biasanya ngumpul di markas sendiri kini beberapa ada yang memilih berdiam di warkop itu.

Darenza cs dan Vi cs tentu ada di sana juga, satu meja malahan!

Betapa kesalnya Afnan sekarang, ia duduk tak nyaman di bangkunya. Ia masih ingat jelas tentang insiden bazar lalu.

"Kanlid bubar yokk! Kita susul yang lainnya aja ke markas," seru Afnan.

"Eh! Jangan sama kanlid dulu dongg Nad! Masa entar gua ditinggal sendiri sih?!" protes Lana.

"Ya lo ikut aja." balas Afnan santai.

"Yeu, enak aja! Malu lah anak IPA sendiri."

Afnan tak menghiraukan lagi. Ia fokus ke Vi. Darenza juga melakukan hal yang sama. Namun yang ditatap malah melihat Mahesa dan Fiona yang duduk di depannya. "Bener-bener muak banget gua sama mereka!" batin Vi jengah. Matanya juga memandang sinis.

"Perih hati gue Vi. Lo terlalu fokus sama satu titik sampe lupa di sekitaran lo masih banyak yang peduli dan sayang sama lo. Daripada sama dia, lo makan hati mulu. Emang gak capek?" batin Darenza.

"Sedih banget jadi gue, haha! Gue yang nyembuhin lukanya tapi setelah itu.. Doi maen pergi gitu aja." batin Vi.

"Shit! Muak banget gua liat wajah sok mereka berdua. Apa sekarang? Misinya harus gua jalankan?" batin Afnan.

"Padahal kemaren dah enak-enak ada bazar. Kapan lagi kali sekolah kita ngadain begitu? Refreshing lah anj, ngebug otak gue tugas mulu!" seru anak cowok BAHASA yang merupakan teman sekelas Gemi.

(Masih inget Gemi kan? Itu lhoo yg disukain Afnan, wkwk)

"Iya anjir! Bener-bener dah tuh guru Grana! Pada gila ege kalo ngasih tugas, gak nanggung-nanggung!" sahut temannya ikut berasumsi.

"Eh tapi gara-gara acara tubir pentolan sama Ande jadi kita yang kena imbas! Kemaren bazar dilanjutin kaga! Malah dapet hukuman tugas bejibun!" ujar anak BAHASA lain yang masih satu meja dengan kedua orang tadi. Namun saat mengatakan kalimat barusan, ia sedikit berbisik.

Meja Darenza cs yang berada di sebrang meja ketiga cowok bergosip tadi membuat Darenza dapat mendengar jelas celotehannya.

"Grana!" Darenza bangkit berdiri.

Semua atensi memusat kepada Darenza.

"Ehkem..." Darenza berdehem. "Gua di sini selaku orang yang mengakibatkan bazar kemaren jadi hancur ... mau meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada kalian semua. Gua tau tindakan gua kemaren sangat egois dan gak mementingkan kebahagiaan kalian yang sangat menunggu bazar itu. Jadi sebagai gantinya nanti malam lo pada dateng ke cafe Green Light dan gua traktir lo semua!" Suara bariton Darenza mampu membuat siswa-siswi yang ada di warkop menganga lebar.

"Lo serius Darenza?" tanya anak kanlid.

"Iya gue serius." ucap Darenza mantap.

Dan seketika itu juga sorakan-sorakan mulai terdengar ricuh.

"Ayey! Makan besar kita!"

"Kesempatan langka nih!"

"Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"

DARENZA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang